10 Juni 2020
18:26 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Mantan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita menilai pasar rakyat mau tidak mau harus tetap menjalankan prosedur tetap protokol kesehatan dalam aktivitas operasionalnya pada era new normal atau kelaziman baru.
Ia mengatakan beberapa negara, antara lain Laos dan Myanmar telah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam setiap kegiatan operasionalnya.
"Kita tidak bisa bicara siap atau tidak siap, tapi harus siap karena perputaran ekonomi yang paling bawah adalah pasar tradisional. Kalau bicara ekonomi rakyat, ya ada di situ, persoalannya bagaimana mengendalikan penerapan tersebut," kata Enggar di Jakarta, Rabu (10/6).
Penerapan protap di pasar tradisional, tambah Enggar, tak berbeda jauh dengan ritel-ritel modern, antara lain menjaga jarak fisik, mengatur jalur jalan konsumen, hingga membuat giliran bagi pedagang yang berjualan.
Menteri Perdagangan periode 2016–2019 tersebut menjelaskan protokol Kesehatan harus diterapkan dengan pengawasan pihak yang berwenang, seperti Gugus Tugas Covid-19. Tentunya melalui sosialisasi terlebih dahulu, baik kepada pedagang maupun masyarakat.
"Mudah saja, terapkan ganjil-genap atau beri nomor-nomor di setiap kios. Jadi nomor ganjil beroperasi di tanggal ganjil dan sebaliknya. Yang, di luar pasar juga harus di atur. Jadi, jangan kita berpikir untuk memindahkan pasar," ucap Enggar.
Baca Juga:
Terpisah, Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara menyebutkan dua pasar rakyat di wilayahnya akan ditutup. Penutupan dilakukan karena beberapa pedagang di pasar tersebut ditemukan positif covid-19. Bayu mengatakan ia akan berkoordinasi dengan Perumda (Perusahaan Umum Daerah) Pasar Jaya terkait rencana penutupan pasar rakyat tersebut.
Dua pasar yang akan ditutup adalah Pasar Sabeni, setelah ditemukan 12 pedagang reaktif covid-19. Juga, Pasar Rawa Kerbau karena dua pedagang juga positif terinfeksi penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu.
Bayu meminta kepada masyarakat, tidak hanya pembeli, tetapi para penjual pun harus menjaga protokol kesehatan secara ketat agar pencegahan penularan covid-19 bisa dilakukan.
"Kita akan koordinasi dengan pengelola pasar. Karena pertama, setidaknya harus ada pembersihan, lalu disemprot disinfektan. Kedua, agar virus corona baru tidak menyebar (di pasar)," kata Bayu menanggapi kasus pedagang positif terpapar di beberapa kelurahan di Jakarta Pusat, di Jakarta, Rabu (10/6), dilansir dari Antara.
Temuan positif covid-19 di antara pedagang pasar bukan pertama kalinya. Dua puluh pedagang di Pasar Perumnas Klender positif covid-19 pada akhir Mei hingga awal Juni 2020.
Pasar rakyat atau pasar tradisional masih mendominasi jenis pasar di nusantara. Survei yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018 menunjukkan 14.182 atau 85,52% dari seluruh pasar yang ada berupa pasar rakyat. Sisanya, toko modern berjumlah 1.131 atau 7,06% dan pusat perbelanjaan 708 atau 4,42%.
BPS menyebutkan dominasi pasar rakyat menjadi gambaran awal bahwa masyarakat masih bergantung pada jenis pasar tersebut. Faktanya, lanjut BPS, jika dibandingkan pusat perbelanjaan dan toko modern, pasar tradisional masih memiliki keunggulan. Salah satunya, harga komoditas hasil pertanian yang relatif lebih murah.

Kelaziman Baru
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey menegaskan anggotanya siap menerapkan protap protokol kesehatan dalam menjalankan kegiatan operasional, mulai dari masuknya pelanggan ke ritel hingga transaksi di kasir.
Penerapan protap tersebut antara lain meminta pengunjung mencuci tangan sebelum masuk ke ritel, melakukan pengecekan suhu tubuh dengan thermo gun, serta mengimbau untuk bertransaksi secara non-tunai di kasir.
Tak hanya itu, Roy menjelaskan bahwa dalam berbelanja, pengunjung diatur untuk berjalan secara satu arah pada setiap koridor di ritel untuk menjaga jarak fisik antarindividu.
"Bukan hanya bagi konsumen, karyawan pun juga harus mengikuti jalan satu arah di setiap koridor-koridor yang ada," ungkap Roy.
Enggar menegaskan bahwa jangan sampai hanya anggota Aprindo saja yang merealisasikan penerapan protap tersebut. Menurutnya, ritel non-Aprindo juga punya kewajiban menjalankan protokol kesehatan yang kurang lebih serupa dalam menjalankan kegiatan perdagangan.
"Harus dipastikan dulu bagaimana pengamanan mereka agar jumlah orang di dalam ritel hanya 50% dari prediksi kapasitas maksimal. Untuk food and beverages juga harus dipastikan dibuka secara bertahap, jangan serentak," pungkas Enggar. (Yoseph Krishna)