c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

12 Juni 2019

16:53 WIB

Ekspor CPO Riau Kuartal-I 2019 Turun 23,08%

Nilai ekspor provinsi ini secara keseluruhan pun ikut anjlok

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Ekspor CPO Riau Kuartal-I 2019 Turun 23,08%
Ekspor CPO Riau Kuartal-I 2019 Turun 23,08%
Ilustrasi kelapa sawit. ANTARA FOTO/M Rusman.

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau merilis data ekspor minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) periode Januari–April 2019 hanya mencapai US$2,15 miliar. Angka itu menurun 23,08% dari periode yang sama tahun 2018 lalu yang sebesar US$2,79 miliar.

Penurunan ekspor CPO itu mempengaruhi nilai ekspor Riau secara keseluruhan. Pasalnya, komoditas sawit berkontribusi paling besar bagi ekspor nonmigas daerah itu.

Pada April 2019, ekspor nonmigas Riau menyumbang 92,78% dari total ekspor yang mencapai S$979,28 juta. Kelapa sawit menjadi tumpuan Riau untuk pertumbuhan ekonomi setelah produksi migas terus menurun. Luas perkebunan sawit di Riau kini sudah lebih dari 2 juta hektare yang sebagian besar milik petani swadaya.

“Menurut sektornya, ekspor sektor industri pengolahan turun 0,37% dibandingkan Maret dan anjlok 16,69% dibandingkan tahun lalu,” kata Kepala BPS Provinsi Riau, Aden Gultom, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (12/6).

Riau sendiri merupakan penopang utama sawit nusantara. Berdasarkan Statistik Perkebunan Kelapa Sawit, tahun 2017 kemarin saja luas areal perkebunan kelapa sawit di Riau sudah mencapai 2,49 juta ha. Sementara produksinya mencapai 8,72 juta ton.

Angka luas kebun kelapa sawit di Riau mencapai 20,24% dari total luas perkebunan kelapa sawit Indonesia yang mencapai 12,30 juta pada periode yang sama. Sementara itu, produksi kelapa sawit di Riau capai 24,66% dari total produksi kelapa sawit Indonesia.

Gubernur Riau, Syamsuar menilai, kebijakan Uni Eropa yang melarang CPO dari Indonesia dan produk turunannya masuk ke pasar kawasan itu berdampak terhadap perdagangan sawit dan turunannya yang jadi komoditas andalan Riau.

Sebagai solusi, pengembangan biodiesel yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo diharapkan dapat segera terlaksana. Ke depan, meski CPO kesulitan pasar akibat kebijakan diskriminatif Uni Eropa, produk turunan kelapa sawit itu akan tetap terserap karena akan dibangun pabrik pengolahan biodiesel di Kota Dumai.

PT Pertamina (Persero) berencana mengonversi kilang minyak di Dumai, Riau, dan Plaju, Sumsel, menjadi fasilitas pengolahan biodiesel berkadar minyak nabati sebesar 100% atau B100. Menurut dia, pada 19 Maret tahun ini, Menteri BUMN, Rini Soemarno, dan sejumlah BUMN seperti PT Pertamina (Persero) dan PTPN V sudah melakukan penandatanganan kerja sama untuk mendorong industri hilir sawit nasional.

“Semua dilakukan untuk mengatasi permainan-permainan perdagangan seperti (Eropa) ini, sehingga nanti jangan kesannya kita setiap tahun menghadapi ini terus. Ini juga bisa mendorong kita mandiri energi dengan menggunakan potensi sawit yang ada,” kata Syamsuar, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (12/6).

Sejak 2018 lesunya bisnis CPO sudah mulai dirasakan industri. Salah satunya PT Astra Agro Lestari Tbk. Laba Astra Agro pada 2018 lalu hanya mencapai Rp1,43 triliun atau turun 27% dari Rp1,96 triliun pada 2017.

VP Communications Astra Agro Lestari, Tofan Mahdi sempat mengungkapkan, laba tertekan faktor harga yang berada di luar kendali perseroan. Pasalnya, pasar mengalami tekanan karena kelebihan pasokan CPO sehingga harga turun. (Sanya Dinda)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar