11 Januari 2018
07:54 WIB
JAKARTA- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (10/1) ditutup pada level 6.371,17, turun tipis 1,97 poin atau 0,03% dari level penutupan sehari sebelumnya. Pelemahan tidak hanya dialami oleh IHSG, melainkan juga hampir sebagian besar indeks acuan bursa saham Asia.
Berdasarkan data statistik harian yang dirilis BEI, dari 13 indeks acuan bursa saham Asia yang dijadikan benchmark IHSG, pelemahan terjadi pada 9 indeks saham Asia, termasuk IHSG. Pelemahan IHSG bahkan terbilang lebih rendah ketimbang pelemahan yang dialami indeks TAIEX milik bursa Taiwan yang melemah 0,77%.
Pelemahan IHSG juga lebih rendah dari pelemahan indeks All Ordinaries milik Bursa Australia yang melemah 0,57%, serta indeks KOSPI milik bursa Korea Selatan yang melemah 0,42%.
Adapun empat indeks acuan bursa Asia yang justru mengalami penguatan di hari yang sama adalah SETi (Thailand) yang naik 0,03%, VN-Index (Vietnam) yang naik 0,44%, dan Shanghai Composite (China) dan Hang Seng (Hong Kong) yang naik 0,23% dan 0,2%.
Menariknya, pelemahan indeks ini justru terjadi setelah sehari sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,1%, lebih tinggi 0,2% dari proyeksi pada Juni tahun lalu.
"Tahun 2018 berada di jalur untuk menjadi tahun pertama sejak krisis keuangan, dimana ekonomi global akan beroperasi pada atau mendekati kapasitas penuh," kata World Bank seperti dilansir Antara.
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global ditahun 2017 mencapai 3,0% lebih tinggi dari pertumbuhan 2016 sebesar 2,4%. Sesuai data dari Bank Dunia, jika prediksi 3,0% itu tepat, maka pertumbuhan 2017 juga menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Menurut perkiraan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju diperkirakan akan turun tipis menjadi 2,2% pada 2018, dari 2,3% pada 2017. Hal ini disebabkan karena bank-bank sentral utama cenderung secara bertahap menarik diri dari kebijakan moneter yang akomodatif.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang tahun 2018 diprediksi mencapai 4,5%, meningkat dari 4,3% di 2017. Perekonomian China sebagai salah satu raksasa Asia sendiri diprediksi tumbuh 6,8% pada 2017 dan 6,4% pada 2018. China diperkirakan akan terus menyeimbangkan kembali ekonominya meski pertumbuhan kredit diperkirakan akan melambat.
Menurunnya indeks-indeks saham Asia pada Rabu (10/1) termasuk IHSG, menurut Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi dinilai sebagai bagian dari mulai berakhirnya rally kenaikan harga saham global.
“Investor sedang mencerna lonjakan imbal hasil obligasi. Harga minyak WTI memperpanjang kenaikan dari penutupan tertinggi (US$ 62,96 per barel) dalam lebih dari tiga tahun,” ujar Lanjar dalam laporannya yang didapat Validnews, Rabu (10/1).
Menurut Lanjar, secara teknikal saat ini IHSG bergerak melanjutkan koreksi setelah terlihat menguji support MA5 di posisi 6.355 sebagai konfirmasi koreksi lebih lanjut.
“Indikator stochastic terkonsolidasi dengan momentum RSI yang tertekan dari level overbought. IHSG akan kembali bergerak tertahan pada Kamis (11/1) hingga melemah dengan range pergerakan 6.325-6.375,” ujar Lanjar.
Konsolidasi
IHSG awal pergerakan Rabu (10/1) sempat menembus level 6.412,03 sekitar pukul 09:08. Sebelum pre penutupan, IHSG sempat menyentuh level intraday harian di level 6.355,22 sekitar pukul 15:49.
Sebanyak 170 saham mengalami penguatan, 187 saham mengalami penurunan dan 213 stagnan atau tidak mengalami perubahan dari level penutupan sehari sebelumnya. Hampir semua indeks sektoral mengalami pelemahan, dengan pelemahan tertinggi dialami indeks sektor industri dasar dan kimia yang melemah 0,76%.
Pelemahan tertinggi berikutnya dialami sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan (turun 0,31%) dan agrikultur (turun 0,25%). Hanya ada tiga sektor yang mengalami penguatan yakni pertambangan (0,27%), aneka industri (1,01%) serta perdagangan, jasa dan investasi (0,43%).
Saham-saham yang menjadi pemberat pergerakan IHSG adalah HMSP yang turun 1,2%, BBRI yang turun 1,1%, BYAN yang turun 9,5%, TPIA 2,6% dan SMGR 3,3%. Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya dalam laporannya menilai pelemahan IHSG lebih disebabkan karena faktor teknikal.
“IHSG saat ini berada dalam area konsolidasi setelah sempat mencatatkan rekor baru pada awal pekan ini, koreksi yang terjadi dinilai wajar dan masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi saham,” kata William seperti dilansir laporan yang didapat Validnews.
Menurut William, peluang investasi di pasar saham masih cukup menjanjikan dalam jangka panjang seiring dengan fundamental ekonomi nasional yang kondusif.
Sekadar informasi, investor asing sendiri pada perdagangan Rabu (10/1) kembali melakukan aksi beli dengan nilai pembelian bersih sebesar Rp100,76 miliar. Dari perdagangan perdana di tahun ini, investor asing telah membukukan pembelian bersih senilai Rp2,08 triliun.
Secara keseluruhan, volume perdagangan adalah 9,55 miliar lembar saham dengan frekuensi 334.450 kali dan nilai perdagangan sebesar Rp7,15 triliun. Nilai kapitalisasi pasar adalah Rp7.072 triliun.
Untuk perdagangan Kamis (11/1), analis dari Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai IHSG akan bergerak pada level support 6.359-6.366 dan resistance di level 6.383-6.415.
“Tetap waspadai aksi-aksi profit taking yang akan memanfaatkan kenaikan sementara. Beberapa saham yang layak diperhatikan adalah BBTN, LSIP, BBCA, AKRA dan ELSA,” ujar Reza.
Sementara itu, Lanjar menilai beberapa saham yang secara teknikal layak dicermati adalah KBLI, ELSA, SMBR, BBTN, BBNI. (Rizal)