09 Februari 2021
18:09 WIB
JAKARTA – Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM bekerja sama dengan United Nations Development Programme atau UNDP, dalam penerapan Sistem Manajemen Energi sesuai ISO 50001 pada tiga BUMN.
Ketiganya adalah PT Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap-Jawa Tengah, PT Angkasa Pura I-Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, dan PT Angkasa Pura II-Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Tangerang.
Lewat kerja sama ESDM dan UNDP itu, pemerintah memberikan insentif berupa stimulus pada tiga perusahaan BUMN berupa hibah Global Environment Facility atau GEF.
Kerja sama Ditjen EBTKE dan UNDP tersebut merupakan bagian Proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector atau MTRE3.
BUMN akan mendapat pendampingan teknis, pengawalan, dan persiapan Sistem Manajemen Energi atau EnMS oleh EnerCoss, konsultan pemenang tender UNDP. Dengan pendampingan, diharapkan ketiga BUMN mampu mengelola kebutuhan dan pemenuhan energi sesuai ISO 50001 pada tahun pertama. Kemudian, BUMN mencapai surveillance energy di tahun kedua. Lantas, di tahun ketiga menjadi tanggungan perusahaan induk terpilih.
“Konservasi energi itu memang menggiring perusahaan-perusahaan untuk dapat menerapkan manajemen energi. Saya menyambut baik komitmen kuat dari Pertamina. Salah satu target dari Ditjen EBTKE adalah peningkatan penerapan ISO 50001 pada berbagai sektor, salah satunya diwujudkan melalui proyek kerja sama MTRE3,” ujar Direktur Konservasi Energi Luh Nyoman Puspa Dewi, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (9/2).
Proyek MTRE3 berjalan selama lima tahun mulai dari 2017 hingga 2021. Empat wilayah kerja menjadi proyek percontohan Energi Baru Terbarukan, yaitu provinsi Riau, Jambi, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, beberapa kota besar seperti Jakarta, Bali, Makasar, dan Semarang menjadi wilayah kerja proyek percontohan Program Konservasi Energi.
Program penerapan sistem manajemen energi di tiga perusahaan induk BUMN ini berlangsung mulai Januari hingga Juli 2021. Targetnya, registrasi sertifikasi ISO 50001 untuk tiga perusahaan induk terpilih di targetkan maksimal di Juli 2021. Kick Off Meeting bersama PT. Angkasa Pura II akan dilaksanakan pada 11 Februari 2021 dan tanggal 18 Februari 2021 bersama PT. Angkasa Pura I.
Berdasarkan survei Ditjen EBTKE, implementasi sistem manajemen beserta audit energi berpotensi menghemat 10–30% konsumsi daya di sektor industri. Hal itu dianggap penting lantaran, merujuk data tren konsumsi energi final nasional, sektor industri merupakan konsumen energi terbesar kedua setelah transportasi. Sektor industri menyedot daya hingga yaitu 33% atau sebesar 291 juta setara barel minyak.
Sementara, salah satu agenda utama dalam menghadapi perubahan iklim global adalah mengurangi konsumsi energi. Serta, meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Hal ini sesuai Paris Agreement yang diratifikasi Indonesia pada 2016.
ISO 50001 sebagai standar internasional untuk sistem manajemen energi pun diharap mampu meningkatkan performa energi. Sehingga dapat membantu menghadapi perubahan iklim global dan mencapai target penghematan energi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi, pengguna energi minimal 6.000 ton of oil equivalent (TOE) wajib melakukan manajemen energi. Di antaranya, menunjuk manajer energi, menyusun program konservasi energi, melaksanakan audit energi secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi, dan melaporkan pelaksanaan manajemen energi setiap tahun kepada pemerintah.
“Maka, penerapan SNI ISO 50001 sangat tepat sebagai pelaksanaan peraturan pemerintah ini,” tandas Dewi.
Baca Juga:
Standar internasional ISO 50001 menetapkan sistem manajemen energi suatu organisasi. Dengan tujuan agar setiap organisasi mampu membangun sistem dan proses yang diperlukan untuk meningkatkan performa energinya. Performa energi yang dimaksud meliputi efisiensi, penggunaan, dan konsumsi energi.
Menurut data Direktorat Konservasi Energi Ditjen EBTKE, baru ada 62 perusahaan sektor industri, 42 perusahaan sektor ESDM, dan 2 sektor bangunan Gedung yang bersertifikat ISO 50001 : EnMS (Energy Management System).
Sedangkan merujuk Dokumen Proyek MTRE3 2017, proyek MTRE3 akan mempromosikan praktik percontohan terbaik terkait implementasi investasi EBT dan investasi Konservasi Energi - gedung komersial. Dengan potensi konservasi energi berupa penerapan ISO 50001, meliputi pendingin ramah lingkungan dan sistem manajemen energi untuk mendorong investasi energi berkelanjutan, terutama di masa pandemi.
Dalam mendukung implementasi aksi mitigasi yang tercakup dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca atau RAN-GRK dan Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), proyek MTRE3 berusaha untuk memenuhi target mitigasi perubahan iklim yang berpotensi memberi kontribusi dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Indonesia. (Zsazya Senorita)