07 Februari 2019
13:05 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
PURBALINGGA – Petani-petani singkong di kawasan Desa Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah menjalin kerja sama dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Di mana panenan singkong jenis manggu yang dikembangkan lewat Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Berkah Mulia ditarik langsung oleh Indofood. Jaminan harga pun diperoleh para petani untuk komoditas yang ditanamnya.
"Kami sudah teken kontrak dengan PT Indofood Fritolay Makmur sehingga hasil panen singkong manggu dari Desa Karanganyar dijual ke perusahaan tersebut," ujar Kepala Desa Karanganyar, Tofik, di Purbalingga, Kamis (7/2), seperti dilansir Antara.
Dengan adanya kerja sama tersebut, ia menegaskan, ada kepastian garansi harga yang didapatkan pascapanen. Petani pun menjadi lebih mudah menghitung keuntungan dari hasil panen.
"Harga jual singkong manggu dari petani ke perusahaan itu berkisar Rp1.400—1.800 per kilogram," imbuhnya.
Untuk diketahui, kerja sama yang dilakukan oleh BUMDes Berkah Mulia dan PT Indofood Fritolay Makmur sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 2018. Singkong manggu dilirik PT Indofood Fritolay Makmur untuk dijadikan sebagai bahan baku makanan ringan berupa Qtela Keripik Singkong.
Qtela Keripik Singkong sendiri merupakan salah satu produk consumer goods yang diproduksi perseroan. Di mana produksi consumer goods merupakan penyumbang laba terbesar bagi Indofood. Berdasarkan laporan keuangannya, per kuartal I-2018 kemarin, sektor consumer goods menyumbang 68,26% dari total laba usaha segmen perusahaan.
Laba dari produk consumer goods Indofood pada periode tersebut tercatat di angka Rp1,57 triliun. Sementara itu, laba usaha segmen perusahaan secara total terpatok di angka Rp2,30 triliun.
Singkong manggu dapat memikat PT Indofood Fritolay Makmur dikarenakan ukurannya yang besar. Rasanya pun dianggap cocok dijadikan sebagai bahan baku makanan ringan yang diproduksi perusahaan terbuka tersebut.
"Kebetulan tanah di Desa Karanganyar cocok untuk budi daya singkong manggu. Saat sekarang luasan tanaman singkong manggu di desa kami mencapai 10 hektare. Sebanyak 7 hektare di antaranya dikelola BUMDes Berkah Mulia dan 3 hektare lainnya dikelola petani," tutur Torik.
Setiap hektare lahan ditargetkan mampu menghasilkan singkong manggu hingga 25 ton. Dengan demikian, petani singkong di Desa Karanganyar diharapkan makin banyak merasakan keuntungan dari kerja sama yang dijalin BUMDes Berkah Mulia dan PT Indofood Fritolay Makmur.
Melirik ke provinsi tempat Desa Karanganyar berada, Jawa Tengah, merupakan produsen singkong kedua terbesar di nusantara. Hanya kalah dibandingkan Lampung.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015 kemarin produksi singkong di Jawa Tengah mencapai 3,57 juta ton. Bersumbangsih 16,38% dari total keseluruhan produksi singkong nasional yang pada tahun tersebut bertengger di angka 21,80 juta ton.
Torik mengharapkan, kerja sama dengan tersebut berdampak terhadap perubahan pola pertanian di Desa Karanganyar dari konvensional menjadi korporat.
Sebelumnya, Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Franciscus Welirang mengingatkan perlunya kerja sama antara petani dengan industri terkait pemenuhan kebutuhan singkong bagi usaha.
"Ini penting, tidak banyak yang tahu bahwa kemitraan ini dikontrol oleh pemerintah. Lembaga yang mengontrol ini adalah KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha)," paparnya.
Terdapat sistem dan standard prosedurnya untuk kemitraan tersebut agar petani diproteksi oleh pemerintah.
Di samping kebutuhan yang besar, nyatanya produksi singkong nasional justru menunjukkan tren menyusut. BPS mencatat, produksi singkong pada 2015 hanya 21,80 juta ton. Jumlah ini menyusut dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 23,43 juta ton. Angka produksi itu pun lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dikarenakan produksi pada 2011-2013 berturut-turut sebanyak 24,04 juta, 24,17 juta dan 23,93 juta ton. (Teodora Nirmala Fau)