25 Maret 2021
20:41 WIB
JAKARTA – Indonesia perlu meningkatkan pemanfaatan secara berkelanjutan, demi kesejahteraan di masa mendatang. Eksploitasi laut saat ini akan mengurangi potensi ekonomi laut yang bisa dinikmati Indonesia ke depan.
Hingga kini terdapat praktik overfishing, yakni sekitar 38% dari ikan ditangkap melebihi kemampuan ekosistem untuk mengembalikan jumlahnya. Sekitar sepertiga dari terumbu karang yang berharga bagi Indonesia berada dalam kondisi kurang baik. Lalu, ekosistem pesisir yang penting, seperti mangrove, mengalami pengurangan yang besar.
Sementara sampah laut menimbulkan kerugian bagi perekonomian Indonesia senilai lebih dari US$450 juta setiap tahunnya.
Beberapa destinasi wisata laut dan pesisir juga telah menunjukkan dampak dari pengunjung yang terlalu padat dan belum memiliki infrastruktur dasar yang memadai.
"Saya harap Indonesia akan bertransformasi ke ekonomi biru dan mendapatkan manfaat dari ekonomi biru ini," kata Managing Director of Development Policy and Partnerships, Bank Dunia, Mari Elka Pangestu dalam peluncuran laporan Bank Dunia bertajuk Laut untuk Kesejahteraan: Reformasi untuk Ekonomi Biru di Indonesia, Kamis (25/3), dilansir dari Antara.
Dalam peluncuran laporan secara virtual, Mari mengungkapkan ekonomi laut yang berkelanjutan sangat penting bagi Indonesia untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang sejahtera, lingkungan laut yang sehat, dan perekonomian nasional yang berkembang.
"Kami percaya, ekonomi biru (ekonomi laut) akan membantu negara-negara termasuk Indonesia untuk mencapai sejumlah manfaat. Diantaranya laut yang sehat, kehidupan pesisir yang tangguh, serta pertumbuhan ekonomi. Jadi Indonesia bisa dapat keberlanjutan, dan juga mencapai pertumbuhan dan penghidupan," tuturnya.
Mari menuturkan, peran laut sangatlah penting bagi kesejahteraan Indonesia, dengan sektor perikanan senilai US$27 miliar yang menghidupi 7 juta tenaga kerja. Juga, memenuhi lebih dari 50% kebutuhan protein hewani di Indonesia.
Baca Juga:
Untuk mendukung transformasi pemanfaatan laut secara berkelanjutan, laporan ini mengusulkan beberapa rekomendasi. Pertama, untuk mendukung sektor perikanan yang berkelanjutan dan produktif, pemerintah dapat menerapkan sistem Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia. Serta, memperkuat area taman laut yang terus berkembang, dengan memanfaatkan potensi dukungan dari dana abadi nasional dan kemitraan dengan sektor swasta.
Pemerintah juga perlu memperluas moratorium alih fungsi hutan primer hingga meliputi seluruh ekosistem mangrove. Dengan demikian, dapat mencegah kerusakan mangrove. Dukungan bagi sasaran sasaran restorasi mangrove yang ada saat ini juga perlu dilakukan.
Laporan itu juga merekomendasikan langkah-langkah untuk mengurangi sampah plastik di laut. Termasuk menetapkan persyaratan minimum kandungan bahan daur ulang di dalam produk-produk tertentu dan memperluas larangan penggunaan produk-produk plastik yang dapat digantikan. Upaya untuk mengatur arus pengunjung ke destinasi wisata pesisir dan laut juga dapat ditingkatkan.
Sebagai bahan informasi berbagai investasi dan kebijakan nasional, serta agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang keuangan biru, maka pemerintah dapat melanjutkan upaya untuk meningkatkan data dan penghitungan jasa ekosistem. Seperti potensi karbon yang tersimpan, habitat bagi keanekaragaman hayati, dan perlindungan dari badai.
Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, mengatakan pada tingkat global, reformasi yang mendorong ekonomi laut yang berkelanjutan telah terbukti dapat mengembangkan potensi ekonomi laut. Sekaligus mengatasi perubahan iklim, memenuhi kebutuhan bagi ketahanan pangan dan keanekaragaman hayati.
"Investasi yang berkelanjutan dalam keterampilan, kelembagaan, infrastruktur, dan layanan akan membantu Indonesia memanfaatkan sumber daya lautnya secara berkelanjutan dan menyeluruh. Selain itu, di masa pasca pandemi covid-19, kegiatan restorasi dan konservasi ekosistem pesisir dan laut dapat membantu menyediakan pekerjaan jangka pendek sembari memperkuat ketahanan dalam jangka panjang," katanya. (Fin Harini)