21 Juni 2018
07:24 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
YOGYAKARTA – PT Angkasa Pura I berencana memprioritaskan penerbangan internasional dengan pesawat besar pada awal pengoperasian Bandara Internasional Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, April 2019 mendatang. Penerbangan internasional dipandang bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kunjungan wisatawan.
"Kami merencanakan pengoperasian awal (Bandara Kulon Progo) memprioritaskan untuk penerbangan internasional," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) I (Persero) Faik Fahmi di Bandara Adisujipto, Yogyakarta, Rabu (20/6) seperti dilansir Antara.
Menurut Faik, penerbangan internasional dengan pesawat-pesawat berbadan besar dari luar negeri langsung menuju Yogyakarta sangat dimungkinkan mengingat landasan pacu (runway) yang dibangun di Bandara Kulon Progo memiliki panjang 3.250 meter dengan lebar 60 meter.
Adanya penerbangan internasional langsung ke Yogyakarta, lanjut Faik, akan berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta. Di samping itu, juga akan berdampak positif terhadap kargo produk-produk ekspor asal Yogyakarta maupun Jawa Tengah.
"Selama ini kan kargo selalu lewat Bandara Soekarno-Hatta atau Denpasar, Bali. Nanti pengiriman dari Yogyakarta dan Semarang bisa langsung melalui Kulon Progo sehingga akan berkontribusi mendorong daya saing ekspor kita," kata dia.
Penerbangan internasional memang memiliki keterkaitan dengan pariwisata. Dalam kajian yang dirilis oleh CAPA Centre for Aviation awal Juni kemarin, disebutkan Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai menjadi penyerap utama penumpang internasional yang singgah ke Tanah Air. Soekarno-Hatta mendominasi dengan total 43% dari total 34,2 juta penumpang internasional di 2017, sementara Bali menyerap 32%.
“Porsi Bali terhadap total lalu lintas penumpang internasional hanya 26% di 2013, sementara di 2017 meningkat menjadi 32%. Hal ini menunjukkan indikasi peningkatan peran pariwisata Indonesia terhadap pertumbuhan penerbangan internasional,” demikian laporan yang dirilis oleh CAPA Centre for Aviation.
Penerbangan internasional di Bali sendiri menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, hampir mencapai 60% dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Sementara, lalu lintas penerbangan internasional di Jakarta hanya tumbuh kurang dari 20% pada periode yang sama.
“Pasar Jakarta dan Bali sangat berbeda. Jakarta, salah satu kota terbesar di dunia, adalah pasar bisnis yang besar dan juga menarik pengunjung yang hendak bepergian ke luar negeri dengan tujuan leisure. Sementara Bali, hampir seluruh penumpang yang datang untuk berwisata,” lanjut CAPA.
Menurut CAPA, Bali sendiri telah lama menjadi destinasi populer bagi Australia dan Eropa. Namun, belakangan turis dari China juga turut meramaikan wisata di Pulau Dewata tersebut. Tak kurang kapasitas penerbangan Bali-China tumbuh hampir tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir, didukung oleh pertumbuhan ekspansi maskapai penerbangan China dan Indonesia.
Pertumbuhan itu bahkan membuat kapasitas penerbangan dari Bali ke China hampir menyamai kapasitas penerbangan dari Bali ke Australia.
Secara keseluruhan, Australia menjadi negara asal terbesar keempat untuk pariwisata Indonesia, setelah China, Singapura dan Malaysia. Selain itu, ada India dan Jepang yang meskipun saat ini jumlah wismannya masih kecil, namun juga terus menunjukkan pertumbuhan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan lalu lintas penerbangan India-Bali yang menunjukkan pertumbuhan cepat dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga:
Belum 100%
Meskipun pada April 2019 pembangunan Bandara Kulon Progo diperkirakan belum mencapai 100%, Faik menargetkan landasan pacu dengan panjang 3.250 meter sudah bisa diselesaikan. Sementara itu, progres pembangunan apron ditargetkan mencapai 50%, serta terminal 35 hingga 40%.
"Kalau saat ini (pembangunan Bandara Kulon Progo) sudah masuk ke tahap konstruksi," kata dia.
Ia mengatakan hingga saat ini AP I telah melakukan penawaran penerbangan kepada sejumlah maskapai domestik maupun internasional di bandara tersebut dan hasilnya cukup banyak yang berminat.
"Garuda Indonesia tertarik, airline asing juga tertarik karena sebenarnya dari dulu memang banyak permintaan penambahan rute internasional ke Yogyakarta cuma masalahnya keterbatasan kapasitas di Bandara Adisutjipto," kata Faik. (Fin Harini)