c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Maret 2018

17:28 WIB

BRI Diminta Percepat Migrasi ATM ke Kartu Chip

Kartu debit nasabah BRI yang terkena ‘skimming’ belum menerapkan teknologi chip di dalamnya. Metode ‘skimming’ dilakukan dengan cara memasang alat pembaca pada mesin ATM, dengan begitu data nasabah dapat dicuri

BRI Diminta Percepat Migrasi ATM ke Kartu Chip
BRI Diminta Percepat Migrasi ATM ke Kartu Chip
Ilustrasi. Kartu ATM berteknologin chip. Pixabay

JAKARTA- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berkomitmen untuk mempercepat pergantian kartu debet yang masih menggunakan magnetic stripe dengan teknologi chip. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali pembobolan dana nasabah lewat metode skimming.

"Dengan adanya kasus ini, BRI komitmen mempercepat migrasi ke kartu chip," kata Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto di Jakarta, Jumat

Erwin menjelaskan, nasabah BRI yang terkena skimming, mayoritas adalah nasabah Simpedes yang merupakan salah satu produk BRI untuk masyarakat di pedesaan. Para nasabah itu diberikan fasilitas kartu debit dengan saldo hanya di kisaran Rp 5 juta-an. Kartu debit dengan saldo tersebut sejauh ini memang masih diperbolehkan menggunakan magnetic stripe.

Kartu debit nasabah BRI yang terkena skimming tersebut belum menerapkan teknologi chip di dalamnya. Metode skimming dilakukan dengan cara memasang alat pembaca pada mesin ATM. Dengan perangkat tersebut, data nasabah dapat dicuri.

"Yang di-skimming kartu kartu debit yang menggunakan magnetic stripe. Secara ketentuan untuk saldo di bawah Rp 5 juta juga masih gunakan magnetic stripe, makanya BRI harus percepat migrasi ke chip," ucapnya.

BRI menargetkan penerapan kartu transaksi berteknologi chip tuntas pada tahun depan. Migrasi kartu transaksi dari saat ini yang masih menggunakan teknologi pita magnetik ke kartu berteknologi chip untuk mencegah skimming itu akan diberlakukan terhadap kartu anjungan tunai mandiri (ATM), debit, dan kredit.

Data BI menyebutkan sepanjang tahun 2017, alat pembayaran menggunakan kartu terbanyak adalah kartu ATM dan debit dengan jumlah 156 juta kartu. Selanjutnya disusul oleh kartu kredit sebanyak 17 juta kartu dan kartu ATM sebanyak 8,8 juta kartu.

Untuk 2017, BI juga mencatat infrastruktur alat pembayaran menggunakan kartu terbanyak adalah mesin EDC sebanyak 1,24 juta unit. Kemudian infrastruktur lainnya disusul oleh jumlah merchant sebanyak 698 ribu unit, dan selanjutnya mesin ATM sebanyak 107 ribu unit.

Sementara itu, Direktur Utama BRI Suprajarto menyatakan upaya migrasi kartu ke teknologi chip sejatinya sudah mulai berjalan pihaknya. Hanya saja, dengan jumlah nasabah yang mencapai 50 juta, BRI memerlukan waktu yang tidak sebentar. “Perkiraannya pertengahan tahun depan selesai semua,” serunya.

Menurutnya, sejauh ini baru 5% nasabah BRI yang kartu pembayarannya telah menggunakan teknologi chip. Sebagian besar kartu yang sudah beralih ke teknologi chip adalah yang berada di bawah jaringan Master Card.

Erwin sendiri memastikan BRI telah menjamin akan menuntaskan kasus dugaan skimming tersebut. Bila terbukti modus yang digunakan adalah skimming, kata Erwin, BRI akan mengganti keseluruhan dana nasabah yang hilang.

"Karena ini menyangkut sistem pembayaran, kami juga sangat concern," ujar Erwin.

BI menurut Erwin sudah meminta komitmen BRI untuk menuntaskan kasus penyadapan data tersebut, sekaligus meningkatkan keamanan dalam sistem pembayaran untuk perlindungan konsumen. "setelah kami panggil, BRI berkomitmen untuk selidiki kasus itu," imbuhnya.

Laporan Korban
Sementara itu, Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mencatat hingga Rabu (14/3) ada 87 nasabah BRI yang melapor bahwa saldo pada rekeningnya telah berkurang secara misterius. Sebanyak 33 orang diantaranya tercatat sebagai nasabah BRI Unit Ngadiluwih dan 54 orang nasabah dari BRI Unit Purwokerto.

"Korban nasabah BRI ini tiba-tiba menerima pesan singkat yang menginformasikan saldonya berkurang antara Rp500 ribu hingga 10 juta. Padahal mereka sama sekali tidak melakukan transaksi," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera seperti dilansir Antara.

Barung memastikan Polda Jatim telah menurunkan tim dari Sub Direktorat Perbankan Direktorat Reserse Kriminal Khusus untuk membantu penyelidikan di Kepolisian Resor (Polres) Kediri.

Dari ibukota, Petugas Polda Metro Jaya juga menyita 1.447 kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dari sindikat skimming yang membobol saldo rekening nasabah BRI. "Ada juga sejumlah alat deepskimmer," kata Kepala Unit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Polisi Rovan Richard Mahenu di Jakarta Jumat.

Polisi juga mengamankan berbagai alat untuk mencuri data nasabah bank seperti deepskimmer yang sudah jadi, encorder dan tiga unit spycam. Berdasarkan pemeriksaan sementara sindikat pembobol saldo rekening nasabah BRI itu telah beroperasi sejak Juli 2017.

Para tersangka menyasar nasabah bank dengan menyimpan alat deepskimmer pada mesin ATM di wilayah Jakarta, Bandung, Tangerang, Yogyakarta dan Denpasar Bali. Sebelumnya, anggota Polda Metro Jaya juga sudah membekuk sindikat pembobol saldo nasabah BRI dengan modus skimming yang melibatkan tiga warga Rumania, seorang Warga Hungaria dan seorang Warga Negara Indonesia (WNI).

Kelima pelaku yakni Caitanovici Andrean Stepan, Raul Kalai alias Lucian Meagu, Ionel Robert Lupu, Ferenc Hugyec, serta seorang WNI Milah Karmilah. Petugas meringkus para pelaku di DE PARK Cluster Kayu Putih Blok AB 6 Nomor 3 Serpong Tangerang Banten, Bohemia Vilage 1 Nomor 57 Serpong Tangerang, Hotel Grand Serpong Tangerang dan Hotel De Max Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. (Faisal Rachman) 

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar