c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

28 September 2018

18:34 WIB

BPPT Rintis Program Integrasi Sawit-Sapi

150 ekor sapi yang digembalakan di lahan sawit bobotnya naik 0,8 kilogram per hari lebih cepat dari pakan biasa

BPPT Rintis Program Integrasi Sawit-Sapi
BPPT Rintis Program Integrasi Sawit-Sapi
Ilustrasi integrasi sapi sawit. Antaranews

JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah merintis program pengembangan ternak sapi melalui pemberian pakan limbah sawit yang diintegrasikan dengan pemanfaatan teknologi seperti sistem IT dan GPS. Hasil uji coba sementara dari program tersebut berhasil menunjukkan peningkatan produksi sapi.

"Program kami di Riau berjalan dengan sukses, dengan bantuan 150 ekor sapi yang digembalakan di lahan sawit bobotnya naik 0,8 kilogram per hari lebih cepat dari pakan biasa," kata Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Soni Solistia Wirawan di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (28/9).

Sapi-sapi yang digembalakan di lahan sawit tersebut memakan pakan dari limbah sawit berupa pelepah daun dan dahan kepala sawit, limbah bungkil sawit dan solid decanter.

Menurut Kepala Pusat Balitbang Kementerian Pertanian (Kemtan), Atien Priyanti, program integrasi sawit sapi sebenarnya telah dimulai sejak 2002-2003, namun disesalkan proses diseminasinya sangat lambat. Artinya bahwa masih banyak pihak yang belum menyadari hasilnya sehingga enggan untuk menerapkannya.

"Kita meningkatkan perekonomian mereka melalui bantuan sapi dan ini sukses. Bahkan ada beberapa pemda yang merespon dengan aturan pembukaan lahan sawit harus integrasi dengan sapi. Oleh karenanya, saat ini kita tengah menyasar petani pekebun atau plasma yang sudah diuji coba di tiga daerah yakni Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Timur," tambah dia.

Hasil ini senada dengan laporan Dinas Perkebunan Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur yang menemukan bahwa potensi subsektor perkebunan, khususnya sawit, dalam mendukung pengembangan peternak melalui penyediaan pakan ternak sangat besar.

Dalam kasus tersebut, dijelaskan bahwa perkebunan kepala sawit memberikan hasil utama (daun dan pelepah) dan hasil sampingan (tandan kosong, bungkil inti sawit, lumpur sawit, serat perasan) yang menjadi persediaan besar untuk pakan ternak di wilayahnya.

 

Urgensi
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT, Soni Solistia Wirawa menegaskan bahwa upaya peningkatan produksi daging sapi di dalam negeri sangat perlu dilakukan. Salah satunya melalui program pengembangan integrasi sawit sapi ini.

“Daging sapi merupakan komoditas potensial yang menyumbang 18 % terhadap konsumsi daging nasional yang selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yakni sapi lokal, sapi impor dan daging impor,” ungkapnya.

Total konsumsi daging sapi Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan mencapai 720.225 ton, dengan perhitungan bahwa jumlah penduduk sebesar 261.900.000 orang dan konsumsi daging sapi sebesar 2,75 kg/kapita/tahun.

Sementara itu, produksi daging sapi dalam negeri pada 2017 hanya mencapai 437.300 ton. Dari perhitungan itu, Indonesia masih kekurangan persediaan daging sapi sebesar 282.925 ton.

Untuk itu, Indonesia setidaknya perlu mengimpor sebanyak 707.000 ekor sapi bakalan atau setara dengan produksi 141.463 ton daging sapi.

Multiplier-effect dari program integrasi sawit-sapi sudah menunjukkan hasil positif di mana potensi lahan perkebunan dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber pakan dan tempat penggembalaan bagi ternak sapi potong. Di tambah lagi, 14 juta hektare lahan sawit yang ada di Indonesia adalah jumlah yang mumpuni untuk mendukung program tersebut

“Perkebunan sawit mempunyai potensi yang sangat besar dalam penyediaan pakan yang murah dan mudah berupa pelepah daun dan dahan kelapa sawit, limbah bungkil sawit dan solid decanter yang dapat didayagunakan menjadi pakan ternak yang berkualitas,” tutup Atien. (Monica Balqis)

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar