07 Agustus 2018
20:34 WIB
JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyediakan layanan pembiayaan jasa kepelabuhanan yang digunakan oleh pelanggan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC melalui skema Port Service Financing (PSF).
Program PSF ini merupakan program yang ditawarkan oleh BNI untuk menyalurkan kredit Supply Chain Financing (SCF) dengan total plafon senilai Rp500 miliar.
"Pada kesempatan pertama BNI akan menyalurkan total kredit SCF sebesar Rp20 miliar kepada perusahaan yang menjadi pengguna setia layanan dari IPC," terang Direktur Hubungan Kelembagaan BNI, Adi Sulistyowati di Jakarta, Selasa (7/8), seperti dikutip dari Antara.
PSF bertujuan untuk menjamin kepastian pelayanan jasa kepelabuhanan setiap saat dengan ditunjang pembayaran yang mudah dan dapat dipantau melalui "BNI direct".
Sebagai tahap awal dari program ini, BNI siap menggelontorkan Rp20 miliar yang dialokasikan pada layanan jasa kapal dan jasa barang. Sehingga, sasaran perdana program PSF adalah Perusahaan Keagenan Kapal dan Perusahaan Bongkar Muat (PBM).
Selain itu, BNI juga mendukung program IPC Smart Card, berupa kartu elektronik yang digunakan sebagai kartu akses masuk gate Pelabuhan Tanjung Priok. Kartu ini dapat digunakan untuk bertransaksi di tol, pembelian tiket dan sarana pembayaran di pelabuhan.
Saat ini terdapat sekitar 12.000 kendaraan yang keluar masuk gerbang pelabuhan Tanjung Priok setiap hari, dari sepeda motor sampai truk. Hadirnya IPC Smart Card dengan fitur BNI TapCash di dalamnya diharapkan dapat mengurangi antrean karena transaksinya dilakukan secara elektronik.
"Sebagai bank yang berkomitmen menjadi partner keuangan dengan total financial solution, kami juga turut terlibat dalam pengembangan IPC Smart Card yang memiliki fitur BNI TapCash di dalamnya. Fitur tersebut memungkinkan transaksi baik di gerbang masuk maupun di dalam Pelabuhan Tanjung Priok terjadi secara cashless atau tanpa uang tunai," lanjutnya.
Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, menilai bahwa sinergi dua BUMN itu sebagai upaya korporasi untuk memberikan kemudahan bagi seluruh pelanggan pelabuhan selama 24 jam.
"Dengan adanya program baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan, kenyamanan dan efisiensi bagi para pelanggan IPC. Program ini merupakan bentuk nyata dari upaya manajemen untuk menjadikan IPC sebagai perusahaan berkelas dunia dan berbasis digital,"papar Elvyn.
Peluncuran IPC Smart Card dimulai dengan sesi penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Adi Sulistyowati dan Direktur Operasi & Sistem Informasi IPC Prasetyadi di Jakarta, Selasa (7/8).
IPC sendiri telah mulai menerapkan sistem pelayanan berbasis elektronik seperti e-registration, e-booking, e-tracking & tracing, e-payment, e-billing dan e-care.
“Digitalisasi pelabuhan juga membantu meningkatkan kinerja operasional dan pelayanan. Tahun 2017, misalnya, keseluruhan arus barang mencapai 57 juta ton lebih, atau melampaui target sebesar 5,56%. Arus peti kemas mengalami kenaikan 0,8% dari target yang sebesar 5.144.240 box,” ungkap Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Saptono R Irianto, dikutip dari siaran pers April lalu.
Selain itu, IPC juga menerapkan peningkatan pelayanan, pembangunan proyek strategis, dan penerapan sistem informasi layanan tunggal secara elektronik berbasis internet (inaportnet).
Dari sisi dwelling time, lanjutnya, IPC berhasil menurunkannya menjadi di bawah 3 hari. Upaya untuk menekan dwelling time ini dilakukan dengan penerapan Integrated Container Freight Station (CFS) di Pelabuhan Tanjung Priok. (Dimas Satrio)