29 April 2020
18:38 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut berdasarkan perhitungan kasar, pembiayaan defisit fiskal Indonesia akan mencapai Rp1.400 triliun.
Nantinya, sekitar Rp500 triliun akan dipenuhi dari kas pemerintah yang ada di BI maupun di perbankan, dana-dana BLU, dari pinjaman program ADB, Bank Dunia, dan dari penerbitan obligasi di valas yang jika dijumlah sebesar Rp500 triliun.
“Nah, kalau Rp1.400 triliun dikurangi Rp500 triliun, itu adalah Rp900 triliun. Rp900 triliun yang sudah dikeluarkan berapa? Kurang lebih sekitar Rp225 triliun,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi Perkembangan Terkini Perekonomian dan Langkah BI Hadapi Covid-19, Jakarta, Rabu (29/4).
Kemudian, akan ada di antaranya untuk nanti pemulihan ekonomi Rp150 triliun. Menurut Perry, Rp150 triliun tentu saja ada mekanisme tersendiri untuk pemenuhannya dan belum tentu dari pasar.
Ia melanjutkan, ada juga Rp100 triliun yang dari kebijakan BI yang menurunkan giro wajib minimum (GWM) yang kemudian bank-bank akan membeli surat berharga negara (SBN) dari pasar perdana.
“Kalau dikurang kurang Rp675 triliun dikurangi Rp150 triliun dikurangi Rp100 triliun itu kurang lebih sekitar Rp425 triliun. Rp425 triliun kalau kita hitung sisa lelang sampai dengan akhir tahun itu kebutuhan yang nanti dari lelang sebetulnya tidak kemudian melonjak tinggi,” imbuh Perry.
Untuk itu, ia menilai target-target lelang yang diumumkan oleh pemerintah selama ini dinilai cukup untuk membiayai fiskal.
Saat ini, Perry menuturkan pada awal-awal ini pasar akan meminta yield yang terlalu tinggi, padahal jika dihitung, yield 8,08% sudah sangat tinggi.
“Nah, ini mungkin di minggu-minggu ini pasar masih mempelajari ini sehingga mengapa kemarin dari target dari bid Rp44,4 triliun yang dimenangkan Rp16,6 triliun ya karena kemarin kemungkinan pasar minta yieldnya terlalu tertinggi,” ungkapnya.
Ia menilai, jika pasar menyadari, yield tersebut sudah tinggi jika dibandingkan dengan US Treasury yang di atas 7,5%. Menurutnya perbedaan suku bunga SBN dalam negeri dengan luar negeri termasuk tinggi.
“Dan itu menarik seperti itu dan kalau pasar sadar dengan jumlah lelang yang diinginkan itu cukup untuk memenuhi pembiayaan fiskal dan yield yang kemarin itu tinggi, lama-lama kemudian yield yang bid-nya itu akan turun dan itu yang akan mendorong pemenang yang akan dimenangkan pemerintah itu lebih banyak,” ucap Perry. (Rheza Alfian)