c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

31 Agustus 2022

16:15 WIB

4 Macam Profil Risiko Investasi, Kamu yang Mana?

Mengenal pengertian profil risiko investasi, macam profil risiko investasi, profil risiko produk investasi, cara cek profil risiko investasi, hingga contoh profil risiko

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Dian Kusumo Hapsari

4 Macam Profil Risiko Investasi, Kamu yang Mana?
4 Macam Profil Risiko Investasi, Kamu yang Mana?
illustrasi anak berinvestasi. Shutterstock/Dok

JAKARTA - Berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham, surat utang, atau reksadana menjadi aktivitas yang kian digemari para investor. Terlebih, untuk investor muda di bawah usia 40 tahun.

Hal itu tercermin dari data yang disampaikan Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana milenial dan generasi Z adalah pendorong peningkatan jumlah investor domestik. Menurut data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada tahun 2016 hingga Juli 2022 yang dirangkum BEI, didapatkan hasil bahwa usia 18-25 tahun menyumbang 1.465.600 Single Investor Identification (SID), usia 26-30 tahun sebesar 869.994 SID, usia 31-40 tahun sebesar 898.497 SID, dan usia 41-100 tahun menyumbang 769.283 SID. Artinya, investor usia muda atau di bawah usia 40 tahun kini telah mencapai 3.234.091 investor.

Sementara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, berdasarkan jumlah SID hingga 8 Agustus 2022, jumlah investor pasar modal Indonesia yang tercatat pada PT KSEI telah mencapai 9,38 juta investor, atau tepatnya 9.376.678 investor. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 1,88 juta investor atau 25,2% dari 7.489.337 investor pada tahun 2021.

Berdasarkan jumlah tersebut, investor saham berjumlah 4.072.609, reksa dana 8.700.670, dan investor Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 740.184.

"Khusus untuk investor saham, peningkatan telah terjadi sebesar 18% menjadi 4,07 juta investor saham. Jika dilihat komposisi investor berdasarkan aktivitas transaksi, per Juli 2022, investor ritel membukukan aktivitas transaksi yang besar, yakni mencapai 46,8% dari total rata-rata nilai transaksi harian," ujar Ketua Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (10/8).

Menurut Inarno, hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2022 ini, aktivitas investor ritel masih mendominasi nilai transaksi. Investor syariah pun telah mencapai 112.248 investor per akhir Juli 2022.

Sementara dari sisi demografi per 8 Agustus 2022, investor individu di Indonesia didominasi oleh 62,89% laki-laki, 59,16% berusia di bawah 30 tahun, 32,68% pegawai, 61,87% berpendidikan terakhir SMA, dan 49,40% berpenghasilan Rp10 juta-Rp100 juta per tahun.

Jika ditilik lebih jauh ke belakang, jumlah investor pasar modal pada tahun 2017 adalah sebesar 1,12 juta. Kemudian, investor mengalami kenaikan 64,24% menjadi 1,61 juta investor pada tahun 2018. Pada tahun berikutnya, 2019, naik lagi 53,41% menjadi 2,48 juta investor. Dan pada tahun 2020, jumlah investor meningkat 3,88 juta atau sebesar 56,21%.

Pengertian Profil Risiko Investasi
Seorang investor, terlebih buat investor pemula, tidak boleh asal berinvestasi tanpa mengetahui profil risiko investasi diri sendiri. Pasalnya, hal ini akan mempengaruhi kenyamanan selama berinvestasi.

Nah, apa itu profil risiko investasi? Dikutip dari Emtrade, profil risiko investasi adalah indikator yang menggambarkan tingkat toleransi seseorang saat berinvestasi.

Seperti yang kita tahu, di zaman sekarang ada banyak sekali pilihan instrumen investasi dengan kadar risiko yang berbeda-beda. Profil risiko investasi di sini berperan dalam menentukan alokasi aset investasi yang tepat untuk portofolio sesuai dengan tingkat toleransi masing-masing individu.

Adapun, profil risiko investasi biasanya ditentukan oleh faktor psikologis, usia, kondisi keuangan, dan lain-lain.

Macam Profil Risiko Investasi
BEI dan OCBC membagi profil risiko investasi menjadi empat tipe, antara lain :

1. Agresif

Profil risiko investasi agresif adalah tipe investor yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan nilai pokok investasi dengan tingkat keuntungan maksimal dalam jangka panjang. Biasanya, rencana jangka waktu berinvestasi lebih dari empat tahun.

Seorang investor dengan profil agresif biasanya cenderung tidak akan mencairkan dana investasi jika di kemudian hari sedang terjadi penurunan atas nilai investasi, bahkan berpotensi mengalami kerugian.

Dapat disimpulkan, profil risiko investasi agresif tidak keberatan menerima risiko serta fluktuasi tinggi demi potensi hasil investasi yang baik di masa depan.

2. Moderat

Profil risiko investasi moderat adalah tipe investor yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara berkala dan memiliki pertumbuhan modal dalam jangka menengah sampai panjang. Biasanya, rencana jangka waktu berinvestasi tiga sampai empat tahun.

Seorang investor pada jenis ini cenderung tidak mencairkan dana investasi saat terjadi penurunan nilai yang berdampak kerugian, justru akan lebih memonitor investasi tersebut.

Dengan demikian, profil risiko investasi moderat dapat disimpulkan sebagai profil risiko yang berani mengambil risiko lebih besar demi potensi keuntungan yang lebih tinggi.

3. Konservatif

Konservatif adalah profil risiko investasi yang memiliki tujuan untuk mempunyai stabilitas pertumbuhan nilai investasi, serta dapat menerima hasil investasi secara berkala. Biasanya, rencana jangka waktu berinvestasi satu sampai tiga tahun.

Seorang investor dapat mentoleransi risiko rendah dan cenderung akan mencairkan dana saat terjadi penurunan nilai. Umumnya, jenis investor ini hanya mengalokasikan sebagian kecil modalnya pada instrumen investasi dengan risiko tinggi.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri profil risiko investasi konservatif adalah merasa cocok dengan instrumen investasi yang memiliki risiko maupun fluktuasi rendah.

4. Sangat Konservatif

Sangat konservatif merupakan jenis profil risiko investasi yang sangat mengedepankan keutuhan nilai pokok investasi dan tidak ragu jika harus melepas potensi keuntungan lebih besar. Biasanya, rencana jangka waktu berinvestasi kurang dari satu tahun.

Seorang investor tidak dapat mentoleransi risiko kerugian nilai pokok investasi. Dengan kata lain, bisa diartikan, profil risiko investasi sangat konservatif mengutamakan keutuhan nilai pokok investasi, dibandingkan potensi keuntungan besar.

Profil Risiko Produk Investasi
Setelah mengetahui macam-macam profil risiko investasi, perlu diketahui produk investasi yang cocok. Berikut produk investasi yang cocok untuk masing-masing profil risiko investasi :

1. Agresif : Saham, reksa dana saham, hingga derivatif

2. Moderat : Reksa dana pendapatan tetap, sebagian kecil saham, juga reksa dana campuran (obligasi, saham, dan pasar uang)

3. Konservatif : Deposito, reksa dana pasar uang, dan obligasi dengan jatuh tempo < 1 tahun

4. Sangat Konservatif : Deposito atau reksa dana pasar uang

Cara Cek Profil Risiko Investasi
Dalam penentuan profil risiko investasi, terdapat beberapa faktor pendukung yang menjadi karakteristik pada tiap tingkatan. Apa saja?

1. Usia

Umumnya, seorang investor pemula, khususnya berusia muda cenderung memiliki profil risiko investasi lebih besar. Sedangkan, pada investor yang telah memasuki masa pensiun akan lebih cocok untuk mengambil produk investasi dengan risiko kecil dan juga lebih stabil.

2. Pendapatan

Jika memiliki penghasilan tak tentu seperti freelancer, maka kemampuan dalam mentolerir risiko berinvestasi akan lebih rendah dibanding dengan investor yang mempunyai pendapatan tetap.

3. Tanggungan

Seorang investor pemula dapat menangani risiko investasi lebih besar dibanding orang yang telah berkeluarga. Hal ini disebabkan oleh adanya tanggungan lain, seperti biaya pendidikan anak maupun persalinan.

4. Pengetahuan

Pengetahuan sangat penting dalam penentuan profil risiko investasi. Pasalnya, semakin banyak mengetahui jenis investasi, maka semakin banyak cara untuk menghadapi risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Contoh Profil Risiko
Investasi tak selamanya berjalan mulus. Saat menjalankan sebuah produk investasi, Anda akan dihadapi oleh beberapa risiko yang mungkin timbul di masa depan. Beberapa contoh profil risiko adalah sebagai berikut :

- Suku Bunga

Risiko ini muncul ketika terjadi fluktuasi suku bunga di pasar modal dan berdampak pada pendapatan investasi. Misalnya, nilai obligasi akan memburuk jika suku bunga mengalami peningkatan.

- Pasar

Pasar merupakan salah satu risiko yang pasti akan dialami oleh semua investor dan tak dapat dihindari. Perubahan sentimen saham maupun obligasi mengakibatkan terjadinya fluktuasi Nilai Aktiva Bersih (NAB). Misalnya, kebijakan perpanjangan waktu pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat turunnya Indeks Harga Saham (IHSG).

- Likuiditas

Kesulitan menyediakan uang tunai pada periode waktu tertentu akan menyebabkan likuiditas. Ketika seorang peminjam melunasi utang yang telah jatuh tempo, maka aset tersebut diubah menjadi uang tunai, namun waktu pencairannya sangat lama sehingga tidak likuid.

- Nilai Tukar Mata Uang

Risiko ini dapat terjadi ketika terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah dengan mata uang negara lain. Misalnya, tingginya nilai mata uang US$ akan berdampak buruk terhadap rupiah. Hal ini dikarenakan saat berinvestasi menggunakan US$, maka semakin banyak uang rupiah yang harus dikeluarkan.

- Negara

Negara menjadi salah satu faktor yang memengaruhi risiko dalam berinvestasi. Misalnya, kegiatan politik negara, beberapa perubahan terhadap ketentuan perundang-undangan akan berpengaruh pada iklim investasi maupun ekonomi suatu negara.

- Reinvestasi

Saat berinvestasi pada instrumen atau produk investasi yang baru, tak menutup kemungkinan akan menimbulkan beberapa risiko. Salah satunya adalah arus kas investasi tersebut menghasilkan hasil yang lebih rendah dibanding sebelumnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar