09 Mei 2018
07:54 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
HANGZHOU – Bertambah lagi pemain asing yang melebarkan sayapnya ke Indonesia. Produsen mobil asal China, Geely, menargetkan kendaraan roda empat jenis sport utility vehicle (SUV)-nya akan memasuki pasar di Indonesia tahun 2019. Peluncuran perdana untuk SUV dari Geely sendiri dijadwalkan pada November 2018.
"SUV pertama dengan Proton akan kami luncurkan di Malaysia kemudian perlahan masuk Asia Tenggara termasuk Indonesia," ucap Manajer Public Relations Zhejiang Geely Holding Group Sumi Yang ditemui di di Hangzhou, Selasa (8/5), seperti dilansir Antara.
Kendaraan SUV yang diproduksi kelak berkekuatan mesin 1,8 turbo berbahan bakar bensin. Namanya sendiri, yakni Geely Boyue 2018
Tahun lalu, produk mobil Geely yang terjual mencapai 1,25 juta unit. Angka ini melonjak 64,47% dibandingkan tahun 2016 yang penjualannya berada di 760 ribu unit. Sementara itu, untuk tahun ini, ditargetkan penjualan Geely mencapai 1,5 juta unit di seluruh dunia.
Pihaknya optimistis, target tersebut tercapai karena ekonomi yang terus bertumbuh. Apalagi, kebutuhan masyarakat dengan kendaraan roda empat juga tumbuh dengan mengandalkan pengembangan kendaraan berbasis teknologi.
"Tujuan kami tidak hanya penjualan,tetapi membuat kendaraan yang bagus dengan teknologi yang bagus juga," kata humas berusia 32 tahun tersebut.
Tidak hanya membidik pasar SUV atau mobil sport, pihaknya juga menyasar penjualan mobil jenis MPV (kendaraan multiguna) dan sedan.
Untuk pasar Indonesia, sebenarnya MPV-lah yang merajai. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraa Bermotor Indonesia (Gaikindo), pangsa pasar untuk MPV di sepanjang tahun 2017 mencapai 44,04% dari tota penjualan kendaraan roda empat Indonesia yang bertengger di angka 1,08 juta unit. Jumlah penjualannya sendiri mencapai 486 ribu unit.
Guna memasuki pasar Asia Tenggara, tidak terkecuali Indonesia, perusahaan kendaraan yang bermarkas di Jalan Wulianwang, Hangzhou tersebut melakukan kemitraan strategis dengan produsen kendaraan asal Malaysia, Proton. Kerja samanya terkait desain kendaraan setir kanan sesuai pasar yang berlaku di kawasan itu.
"Kami bertanggung jawab terhadap pengembangan kendaraan dan desainnya oleh Proton," tegas Sumi.
Untuk diketahui, induk perusahaan negeri jiran Proton, yakni DRB Hicom sendiri sebenarnya memiliki 50,1% saham perusahaan otomotif ini. Sementara itu, Geely hanya menguasai 49,9% saham.
Standar Internasional
Masih terkait otomotif, Kementerian Perhubungan kini memiliki balai uji emisi Euro 4 berstandar internasional. Balai ini kelak digunakan untuk mengecek seluruh jenis kendaraan bermotor sebelum dipasarkan dan digunakan konsumen.
"Pertumbuhan industri otomotif di Indonesia cepat dan pemerintah harus bisa mengimbangi antara lain dengan menyediakan tempat untuk uji keselamatan dan emisi," ucap Menteri Perhubungan Budi, Karya Sumadi, di Bekasi, usai meresmikan Gedung Utama Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB), Kamis (4/5).
Disebutkannya, balai uji tersebut akan memberikan keuntungan bagi produsen otomotif. Pasalnya jika akan mengekspor, kendaraan yang telah diuji emisi di balai tersebut tidak perlu lagi di uji emisi di negara tujuan.
"Peralatan yang kita miliki sudah sesuai dengan standar internasional dan ini tentunya memudahkan pengusaha otomotif untuk berusaha," ucap Menhub.
Untuk diketahui, emisi kendaraan bermotor mengandung gas karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Total Hydro Carbon (THC), dan partikel lain yang berdampak negatif pada manusia maupun lingkungan jika melebihi ambang konsentrasi. Selain melakukan uji emisi, balai tersebut juga siap kelaikan keselamatan kendaraan bermotor sebelum dipasarkan ke konsumen.
Budi mengungkapkan, saat ini dunia internasional sudah mensyaratkan kendaraan bermotor harus memiliki gas buang emisi yang rendah sehingga ramah lingkungan. Indonesia pun sudah menerapkan seluruh kendaraan bermotor yang diproduksi harus lulus uji emisi.
Selaras Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiyadi mengatakan, dengan fasilitas ini, industri otomotif nasional yang akan mengekspor kendaraannya tak perlu lagi diuji emisi di negara tujuan karena fasilitas yang ada di situ sudah sesuai standar internasional.
Pengujian kendaraan bermotor roda dua dan empat ini pun dinilai sangat penting untuk memastikan kendaraannya sudah memenuhi standar keselamatan.
"Tuntutan masyarakat kian tinggi dan pemerintah harus memberi jawaban terhadap keinginan masyarakat," imbuhnya. (Teodora Nirmala Fau)
Baca Juga: