c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

17 Juli 2023

08:00 WIB

10,500 Ton Cangkang Sawit Sulbar Diekspor Ke Jepang

Penggunaan cangkang sawit sebagai sumber energi biomassa digunakan secara luas dalam pembangkit listrik berbasis fluidized bed combustion (FBC) di Jepang.

Editor: Fin Harini

10,500 Ton Cangkang Sawit Sulbar Diekspor Ke Jepang
10,500 Ton Cangkang Sawit Sulbar Diekspor Ke Jepang
Sebanyak 10,500 ton cangkang sawit dari Sulawesi Barat diekspor ke negara Jepang melalui pelabuhan Belang Belang Kabupaten Mamuju, Minggu, (16/7/2023) ANTARA Foto/M Faisal Hanapi

MAMUJU - Sebanyak 10.500 ton cangkang sawit dari Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) diekspor ke Jepang melalui Pelabuhan Belang Belang, Kabupaten Mamuju. Tahun ini diprediksi ekspor cangkang sawit ke Jepang meningkat.

Kepala Karantina Pertanian Mamuju, Agus Karyono, di Mamuju, Minggu (16/7), mengatakan, ekspor cangkang sawit tersebut senilai Rp18 miliar.

Ia mengatakan, cangkang sawit tersebut telah dilakukan sertifikasi dan dianggap memenuhi syarat untuk dilakukan ekspor.

"Karantina Pertanian Mamuju telah melakukan sertifikasi, karena itu merupakan prosedur yang harus dipenuhi oleh eksportir sebagai salah satu persyaratan yang telah ditetapkan oleh negara tujuan untuk memastikan cangkang sawit yang akan diekspor tersebut terbebas dari hama penyakit," katanya dilansir dari Antara.

Ia mengatakan, sebelum dilakukan sertifikasi, Karantina Pertanian Mamuju juga telah melakukan pemeriksaan fisik pada cangkang sawit, dokumen, alat angkut dan tindakan karantina perlakuan fumigasi terhadap cangkang sawit tersebut.

Ia menyampaikan, ekspor cangkang sawit dari Sulbar ke negara Jepang sudah berlangsung lima kali pada tahun 2023 untuk memenuhi kebutuhan negara Jepang tersebut.

"Secara total keseluruhan atau sepanjang tahun 2023, cangkang sawit yang diekspor ke Jepang telah 41.840 ton atau senilai Rp71,7 miliar," katanya.

Ia juga mengatakan, ekspor cangkang sawit di Sulbar ke Jepang pada tahun 2022 tercatat tujuh kali pengiriman atau sebanyak 66,000 ton.

"Jumlah ekspor cangkang sawit tersebut diprediksi akan meningkat pada 2023," katanya.

Tren Ekspor Ke Jepang
Laporan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Osaka mencatat penggunaan cangkang dari biji atau kernel kelapa sawit sebagai sumber energi biomassa digunakan secara luas dalam pembangkit listrik berbasis fluidized bed combustion (FBC) di Jepang.

Pemanfaatan tersebut terutama setelah kebijakan Feed-in Tariff (FIT) diberlakukan  pada 2012 untuk mencapai target 22%-24% listrik yang dihasilkan di tahun 2030 bersumber dari energi terbarukan. Jumlah ini setara dengan 1.065 TWh. Sebanyak 3,7%-4,6% diantaranya ditargetkan berasal dari biomassa.  

Sistem FIT mensyaratkan perusahaan pembangkit listrik untuk membeli listrik yang dihasilkan dari bahan bakar terbarukan pada harga yang telah ditetapkan oleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang selama periode 10 atau 20 tahun. Dengan adanya fasilitas FIT, maka diharapkan dapat mendorong produksi listrik berbasis energi terbarukan. Dengan demikian secara teoritis, Jepang memiliki kapasitas yang signifikan untuk meningkatkan konsumsi biomassa.

Seiring meningkatnya permintaan energi biomassa, impor bungkil di Jepang meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 87% dari total impor bungkil di Jepang merupakan bungkil yang berasal dari biji atau kernel kelapa sawit (PKS) dengan pos tarif kode HS 230660, yang sebagian besar dipasok dari Indonesia.

Cangkang sawit disebut memiliki keunggulan yakni menghasilkan kalori yang sama dengan cangkang kelapa. Namun, kadar air dalam PKS rendah dibandingkan dengan residu biomassa lainnya dengan sumber berbeda yang menunjukkan nilai antara 11% dan 13%.

PKS mengandung residu minyak sawit, yang menyumbang nilai kalor sedikit lebih tinggi dari rata-rata biomassa lignoselulosa. Selain itu, PKS memiliki kandungan bahan kering yang tinggi (> 80% bahan kering).

Oleh karena itu, PKS umumnya dianggap sebagai bahan bakar yang baik untuk boiler karena menghasilkan jumlah abu yang rendah dan kadar K dan Cl yang rendah akan menyebabkan aglomerasi abu yang lebih sedikit. Dibandingkan dengan residu lain dari industri, PKS adalah bahan bakar biomassa berkualitas baik dengan distribusi ukuran seragam, penanganan mudah, penghancuran mudah, dan aktivitas biologis terbatas karena kadar air yang rendah.

Setidaknya terdapat delapan pembangkit listrik di Jepang yang memanfaatkan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar.

Dengan keunggulan itu, impor bungkil Jepang mengalami perubahan. Di tahun 2009, impor bungkil asal China mendominasi pasar impor dengan pangsa sebesar 73%, diikuti oleh Filipina dan Indonesia dengan pangsa masing-masing sebesar 9%. Adapun pangsa impor asal India dan Malaysia masing-masing sebesar 5% dan 3%. Sementara itu, di tahun 2018, pasar impor bungkil didominasi oleh impor asal Indonesia dengan pangsa sebesar 65%, diikuti oleh Malaysia dengan pangsa sebesar 23%. Adapun pangsa impor asal China menyusut hingga menjadi sebesar 7%.

Selama periode 2009-2018, impor bungkil dari biji atau kernel kelapa sawit (HS 230660) mengalami peningkatan tertinggi yakni tumbuh 58% per tahunnya, diikuti oleh impor bungkil dari lain-lain (HS 230690) yang tumbuh 14,4% per tahun. Sementara itu, impor bungkil jenis lainnya justru mengalami trend penurunan selama periode yang sama. Impor bungkil dari biji lobak atau colza lainnya (HS 230649) turun -15,1%, impor bungkil dari kelapa atau kopra (HS 230650) turun -12,1%, dan impor bungkil dari biji kapas (HS 230610) turun -11,6%. Adapun impor bungkil dari biji lobak atau colza (HS 230641) mengalami penurunan tertinggi mencapai -39,4% per tahun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar