28 Juni 2025
14:30 WIB
Wood Wide Web: Internet Alam Yang Menghubungkan Pohon-pohon Hutan
Di tengah keteduhan hutan yang tampak diam, terdapat sebuah jaringan yang menghubungkan pohon-pohon dan tanaman melalui benang halus mikoriza yang istilah dikenal dengan Wood Wide Web
Penulis: Aloysius Elan Satria Wijaya
Editor: Rikando Somba
ilustrasi pemandangan hutan yang berada di Indonesia. Sumberfoto: Shutterstock/dok
Sobat valid, tahukah kalau pohon juga berkomunikasi sebagaimana mahluk hidup lainnya?
Di tengah keteduhan hutan yang tampak diam dan terisolasi, terdapat dunia bawah tanah yang sangat aktif sebuah jaringan yang menghubungkan pohon-pohon dan tanaman melalui benang-benang halus jamur mikoriza. Jaringan ini dikenal sebagai Wood Wide Web, istilah yang secara kreatif meminjam nama dari World Wide Web untuk menggambarkan bagaimana pepohonan berkomunikasi dan saling berbagi sumber daya.
Salah satu aspek kunci WWW (Wood Wide Web) adalah hubungan antara jamur dan pohon. Dengan demikian, terjalin hubungan simbiosis antara keduanya.
Hubungan simbiosis keduanya dinamakan sebagai mikoriza. Mikoriza terdiri dari dua kata yakni "Mycos" yang berarti jamur dan "Rhiza" yang berarti akar.
Fenomena ini mulai mendapat perhatian luas setelah penelitian yang dilakukan oleh Suzanne Simard, seorang ahli ekologi dari Kanada, mengungkap bahwa akar-akar pohon saling terhubung oleh jamur mikoriza dan mampu mentransfer karbon, nitrogen, serta sinyal biokimia dari satu individu ke individu lain.
Cara kerja jaringan ini bermula dari hubungan simbiotik antara akar pohon dan jamur tanah.
Benang-benang mikroskopis jamur (disebut hifa) menyebar dari akar pohon ke tanah sekitarnya, memperluas daya jangkau pohon dalam menyerap air dan nutrisi dari tanah. Sebagai imbalannya, pohon menyuplai jamur dengan gula hasil fotosintesis. Namun, lebih dari sekadar pertukaran dua arah, hifa jamur ini ternyata membentuk sistem jaringan yang mampu menghubungkan banyak pohon sekaligus dalam satu ekosistem hutan. Interaksi dua arah ini seperti dialog intensif yang manusia atau hewan lakukan.
Indonesia: Hutan Tropis
Jaringan semacam ini tidak hanya ditemukan di hutan sedang seperti di Kanada atau Eropa, tetapi juga sangat mungkin eksis di ekosistem hutan hujan tropis Indonesia yang dikenal sebagai salah satu wilayah paling kaya biodiversitas di dunia.
Hutan tropis seperti di Kalimantan, Papua, dan Sumatra memiliki pohon-pohon besar berusia ratusan tahun, seperti ulin (Eusideroxylon zwageri), meranti, dan damar, yang hidup berdampingan dalam keragaman spesies yang tinggi.
Studi awal dari peneliti mikologi di kawasan tropis menunjukkan bahwa jamur mikoriza jenis arbuskular dan ektomikoriza juga ditemukan di wilayah ini, menjalin simbiosis dengan banyak jenis pohon lokal. Walaupun struktur dan pola jaringan mungkin berbeda dengan hutan sedang, prinsip dasarnya tetap serupa: akar-akar pohon membentuk jaringan hidup yang memungkinkan komunikasi dan pertukaran nutrisi antar individu.
Di ekosistem tropis yang padat dan lembap, interaksi bawah tanah ini mungkin bahkan lebih intens.
Hutan hujan tropis memiliki kanopi yang sangat rapat, sehingga pohon-pohon muda di lantai hutan sering kekurangan cahaya. Dalam konteks ini, Wood Wide Web berperan vital: pohon-pohon besar yang menerima banyak cahaya di bagian atas kanopi dapat menyalurkan karbon hasil fotosintesis ke pohon-pohon kecil di bawah, memungkinkan regenerasi alami hutan secara berkelanjutan.
Bayangkan jika satu pohon tua ditebang sembarangan. Bukan hanya batangnya yang hilang, tetapi juga koneksi dan peran sentralnya dalam jaringan mikoriza yang menopang kehidupan pohon-pohon muda di sekitarnya.
Melalui jaringan mikoriza ini, pohon tidak hanya mengalirkan nutrisi untuk dirinya sendiri, tetapi juga mentransfer unsur hara ke pohon lain yang sedang mengalami stres lingkungan.
Ketika satu pohon terserang penyakit, ia dapat mengirim sinyal kimiawi yang merambat lewat hifa ke pohon-pohon tetangga, sebagai semacam peringatan dini. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa pohon bisa mengenali kerabat genetiknya dan memberikan dukungan lebih besar pada "anak-anak" biologisnya. Dalam konteks ini, hutan tidak lagi dipahami sebagai sekadar kumpulan individu, melainkan sebuah komunitas hidup yang saling bergantung dan saling menjaga.
Referensi: