07 Juni 2024
16:00 WIB
Tamuni, Tradisi Suku Bajo Menyatukan Anak Dengan Laut
Setiap kebudayaan memiliki tradisi dan tata cara tersendiri dalam menghadapi setiap siklus kehidupan. Salah satu nya adalah tradisi celup bayi ke laut oleh Suku Bajo.
Penulis: Dwiditya Pamungkas
Ilustrasi. Anak-anak Suku Bajau atau Gipsi Laut bermain dan berenang di laut. dok.Shutterstock/hkhtt hj
Suku Bajo/Bajau adalah salah satu suku bangsa di Indonesia. Diperkirakan, mereka berasal dari Kepulauan Sulu, Filipina. Suku ini merupakan salah satu suku nomaden yang kehidupan sehari-harinya berada di atas laut. Mereka selalu berpindah-pindah menggunakan kapal menuju berbagai wilayah pesisir. Karena lelaku nomaden ini, mereka acap kali disebut sebagai gipsi laut.
Sejak ratusan tahun lalu, suku Bajo ini telah menyebar ke beberapa wilayah di Asia termasuk di Indonesia. Di Indonesia, sebagian besar dari mereka menempati wilayah pesisir di Indonesia Timur, terutama di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
Suku Bajo sangat identik dengan kehidupan laut, mereka terkenal sebagai penjelajah laut dan penyelam yang ulung. Pola permukiman mereka juga berada di atas laut, biasanya mereka mendirikan perkampungan di pesisir menjorok ke laut.
Ya, dalam aspek kehidupan sehari-harinya, kebudayaan masyarakat Suku Bajo tak bisa dilepaskan dengan laut. Salah satu tradisi yang unik dan masih bertahan saat ini ialah tradisi Tamuni, yakni mencelupkan anak bayi baru lahir ke dalam air laut.
Tamuni merupakan salah satu tradisi dan ritual turun temurun, dalam rangka penyiapan anak Suku Bajo untuk dapat hidup sehat dan memiliki jiwa kemaritimian. Proses ini diawali dengan memperisiapkan dan memastikan bayi yang baru lahir memiliki kesehatan fisik dan psikis sebelum dicelupkan ke air laut.
Bagi bayi yang lahir di atas perahu, prosesnya akan dilakukan secara langsung, akan tetapi, bagi bayi Suku Bajo yang lahir di daratan, biasanya akan dicelupkan di hari ke 3 sejak kelahirannya dan kemudian akan dimandikan di hari ke 40.
Setelah proses pencelupan bayi ke air laut, proses berikutnya ialah menghanyutkan ari-ari atau plasenta ke air laut. Tradisi tersebut dilakukan sebagai upaya keluarga untuk melindungi anak. Tradisi ini juga menjadi bagian penting dalam kehidupan Suku Bajo. Dengan menjalani ritual ini, di masa yang akan datang, diyakini sang anak akan tumbuh kuat, sehat dan memiliki jiwa yang berani hidup berdampingan dengan laut.
Tamuni sebagai tradisi celup bayi tidak hanya menjadikan anak Suku Bajo sehat secara fisik dan psikis saja. Tradisi ini juga merupakan sebagai upaya Suku Bajo dalam mempertahankan identitas mereka sebagai masyarakat maritim. Secara langsung juga menguatkan warisan tradisi budaya maritim nusantara.
Referensi
Muis, EW Tamuni dan RR Rachmalina Soerachman. 2023. Tradisi Celup Bayi Baru Lahir pada Masyarakat Suku Bajo sebagai Penyiapan Anak yang Sehat dan Berjiwa Kemaritiman. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pontianak. Vol 2 No:1
Zacot, Francois - Robert, Fida Muljono-Larue, Ida Budi Pranoto. (2008). Orang Bajo suku pengembara laut : pengalaman seorang antropolog. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).