c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

CATATAN VALID

07 Maret 2025

15:00 WIB

Streisand Effect Dan Kaitannya Dengan Band Sukatani

Ingin menghapus informasi tapi malah bikin viral? Itulah Streisand Effect. Loh, apa kaitannya dengan band Sukatani?

Penulis: Akbar Ramadhan

Editor: Rikando Somba

<p><em>Streisand Effect&nbsp;</em>Dan Kaitannya Dengan Band Sukatani</p>
<p><em>Streisand Effect&nbsp;</em>Dan Kaitannya Dengan Band Sukatani</p>

Klarifikasi Sukatani, Band punk asal Purbalingga. Instagram/sukatani.band

Sobat Valid, pernah dengar istilah Streisand Effect

Streisand Effect adalah fenomena yang menggambarkan bagaimana upaya untuk menyembunyikan, menghapus, atau mengalihkan perhatian dari suatu informasi justru bisa berbalik arah dan malah membuatnya semakin viral. Alih-alih terlupakan, informasi yang coba ditutupi malah semakin banyak dicari dan dibahas orang. ini bisa disematkan terhadap apa yang terjadi dengan band Sukatani.

Asal Usul Streisand Effect
Nama "Streisand" diambil dari penyanyi dan aktris legendaris Amerika Serikat, Barbra Streisand. Kisahnya bermula pada tahun 2003, ketika ia menggugat seorang fotografer bernama Kenneth Adelman. Fotografer ini menjalankan proyek dokumentasi garis pantai California dari udara dan mengunggah hasil jepretannya ke internet. 

Salah satu foto dalam proyek itu menampilkan rumah mewah Streisand di Malibu, yang akhirnya membuat sang artis merasa privasinya terganggu.

Dalam gugatannya, Streisand menuntut ganti rugi sebesar 50 juta dolar AS, mengklaim bahwa foto tersebut dapat membahayakan dirinya karena menunjukkan akses menuju rumahnya. Namun, sebelum kasus ini mencuat, foto tersebut hanya diunduh enam kali—dua di antaranya oleh kuasa hukumnya sendiri. Ironisnya, begitu kabar gugatan ini tersebar luas, perhatian publik justru tertuju pada foto yang ingin dihapus tersebut. 

Walhasil, dalam waktu satu bulan, foto itu telah dilihat lebih dari 400 ribu kali. Penyebarannya malah meluas ke berbagai portal berita serta platform lainnya. Bukannya hilang, justru makin ramai diperbincangkan!

Pada akhirnya, Streisand kalah dalam gugatan dan harus menanggung biaya hukum Adelman. Foto yang ingin dihapusnya tetap bertahan di internet, sementara istilah Streisand Effect baru benar-benar muncul dua tahun setelah kasus ini berakhir. 

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Mike Masnick, pendiri Techdirt, dalam sebuah tulisan yang membahas kasus lain—sebuah resor di Florida yang berusaha menekan sebuah situs web karena memuat informasi tentang urinoir hotel mereka. Urinoir tersebut dianggap melanggar privasi karena posisinya yang dapat terlihat dari lobi hotel. Sama seperti kasus Streisand, upaya untuk menekan informasi justru membuatnya semakin terkenal.

Mengapa Streisand Effect Bisa Terjadi?
Fenomena ini menunjukkan bahwa upaya menyensor atau menekan suatu informasi, terutama ketika dilakukan oleh pihak yang berkuasa, bisa menimbulkan efek sebaliknya. Publik sering kali justru semakin tertarik dan penasaran terhadap sesuatu yang dilarang, terlebih jika terlihat ada unsur penindasan atau upaya membungkam kebebasan berbicara.

Streisand Effect timbul karena tiga hal berikut ini:

  • Dampak viralitas di media sosial: Informasi yang dianggap sensitif justru lebih mudah menyebar di platform digital.
  • Efek psikologis rasa ingin tahu: Semakin dilarang, semakin ingin diketahui.
  • Respons publik terhadap ketidakadilan: Upaya sensor sering kali dianggap sebagai bentuk penindasan, sehingga masyarakat merasa perlu menyebarkan informasi tersebut.

Kasus Band Sukatani Dan Streisand Effect di Indonesia
Fenomena Streisand Effect juga pas disematkan kepada kasus yang melibatkan Band Sukatani dengan lagu mereka yang berjudul Bayar Bayar Bayar. Lagu ini mengkritik praktik pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh oknum kepolisian dalam berbagai urusan administrasi dan hukum.

Awalnya, band Sukatani tidak terlalu dikenal publik. Genre musik punk yang mereka usung pun tergolong minoritas dibandingkan dengan pop atau rock yang lebih mainstream. Namun, semua berubah ketika pihak kepolisian menunjukkan reaksi keras terhadap lagu Bayar Bayar Bayar

Dugaan intimidasi yang dialami band ini membuat mereka akhirnya mengunggah video klarifikasi yang ditujukan kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan institusi Polri di media sosial mereka. Tak lama setelah itu, mereka juga menghapus lagu tersebut dari peredaran.

Namun, seperti yang bisa ditebak, tindakan ini malah membuat Sukatani semakin viral. Orang-orang yang mencari lagu itu kian banyak.

Apa yang awalnya hanya diketahui oleh sedikit orang, kini menjadi perbincangan luas di media sosial dan diberitakan oleh berbagai media. Rasa penasaran publik meningkat, orang-orang yang sebelumnya tidak mengenal Sukatani pun mulai mencari tahu tentang band ini dan lagu kontroversial mereka. Akibatnya, Sukatani justru semakin populer dan reaksi kepolisian malah menjadi bumerang bagi citra mereka sendiri.

Kasus ini membuktikan bahwa upaya untuk membungkam suatu isu malah bisa jadi senjata makan tuan. Alih-alih menghilangkan informasi yang dianggap merugikan, tindakan represif justru bisa memantik perhatian publik dan menjadikan sesuatu lebih besar dari yang semula diperkirakan. Oleh sebab itu, kebijaksanaan dalam menentukan penyensoran selayaknya mempertimbangan krisis komunikasi yang bisa terjadi sebagai implikasi. 

 

Referensi:

  1. Antara. (2025). Diakses dari Sukatani, efek Streisand dan teori-teori komunikasi pada 5 Maret 2025.
  2. BBC. (2014). Diakses dari The perils of the Streisand effect pada 5 Maret 2025.
  3. Britannica. (2025). Diakses dari Streisand effect pada 5 Maret 2025.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar