05 Juni 2025
14:45 WIB
Sejarah Paracetamol, Obat Populer Yang Sempat Diabaikan
Paracetamol menjadi obat andalan dan populer ketika kita mengalami pusing kepala hingga demam. Namun, tahukah sobat Valid sejarah penemuan paracetamol?
Penulis: Dwiditya Pamungkas
Editor: Rikando Somba
Ilustrasi obat paracetamol. Shutterstock/george martin studio
Paracetamol, yang juga dikenal sebagai acetaminophen di Amerika Serikat dan Kanada, adalah salah satu obat yang paling banyak digunakan dan populer di dunia untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam. Di Indonesia, obat ini sangat populer dan tersedia dalam berbagai merek dan dijual bebas mulai dari warung kaki lima hingga apotek. Di balik popularitasnya, paracetamol sempat diabaikan oleh para ilmuwan pada masa awal penemuannya.
Paracetamol pertama kali disintesis pada akhir abad ke-19 tepatnya pada tahun 1877 oleh ilmuwan Jerman bernama Harmon Northrop Morse.
Morse pertama kali mensintesis paracetamol dengan mereaksikan zat p-nitrofenol dengan timah dalam asam asetat glacial. Namun, penemuannya saat itu belum langsung digunakan. Kala itu, paracetamol sebagai obat karena popularitasnya kalah oleh senyawa lain, yakni fenacetin dan acetanilid yang sudah lebih dahulu digunakan untuk mengobati demam dan nyeri. Kalahnya popularitas paracetamol saat itu membuat pengembangan dan penemuan paracetamol diabaikan.
Pada awal abad ke-20, para ilmuwan kemudian menemukan zat paracetamol pada urin manusia yang mengkonsumsi fenacetin. Pada saat itu diketahui bahwa fenacetin maupun acetanilid diubah oleh tubuh menjadi senyawa paracetamol. Oleh karena itu, para ilmuwan sepakat bahwa efek terapeutik dari kedua senyawa tersebut sebenarnya berasal dari metabolitnya, yaitu paracetamol. Penemuan zat paracetamol pada urin tersebut baru lah menjadi titik balik dalam penelitian dan pengembangan paracetamol.
Pada tahun 1947, David Lester dan Leon Greenberg dari University of Rochester melalui sebuah penelitian menunjukkan bahwa paracetamol adalah metabolit aktif utama dari fenacetin dan acetanilid. Namun paracetamol memiliki toksisitas lebih rendah dibandingkan dengan fenacetin maupun acetanilid. Hingga tahun 1955, Paracetamol terus dikembangkan oleh para ilmuwan agar lebih stabil dan efektif
Pada tahun 1955, paracetamol mulai dipasarkan sebagai obat bebas (over-the-counter/OTC) di Amerika Serikat oleh perusahaan McNeil Laboratories dengan nama dagang Tylenol. Setahun kemudian, perusahaan bernama Haleon di Inggris mulai mengenalkan paracetamol lebih luas ke seluruh dunia dengan merek Panadol.
Di Indonesia, paracetamol mulai dikenal secara luas pada tahun 1970-an sebagai alternatif dari aspirin. Saat itu paracetamol dikenalkan sebagai obat analgesik yang ramah terhadap lambung dam tidak menyebabkan iritasi lambung seperti aspirin.
Obat ini menjadi bagian dari daftar obat esensial WHO dan tersedia dalam berbagai bentuk yakni tablet, sirup, supositoria, dan suntikan. Meski sempat diabaikan di awal penemuannya, kini paracetamol menjadi obat pilihan pertama untuk mengatasi demam dan nyeri ringan hingga sedang, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Di banyak obat flu dan pilek, serta demam, paracetamol menjadi bagian yang kerap dominan.
Referensi: