c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

CATATAN VALID

09 Oktober 2025

17:15 WIB

Pariwisata Hijau Berkelanjutan Dengan Eco Resort 

Tak sekadar cari untung, eco resort dibangun dengan semangat menciptakan pengalaman pariwisata ramah lingkungan lewat konsep menjaga keseimbangan ekosistem.

Penulis: Nabila Ayu Ramadhani

Editor: Rikando Somba

<p>Pariwisata Hijau Berkelanjutan<em id="isPasted">&nbsp;</em>Dengan <em id="isPasted">Eco Resort</em>&nbsp;</p>
<p>Pariwisata Hijau Berkelanjutan<em id="isPasted">&nbsp;</em>Dengan <em id="isPasted">Eco Resort</em>&nbsp;</p>

Eco-loji di resor tropis dengan kanal air dan tanaman hijau yang subur di pulau Phi Phi, Thailand. Taman tropis dengan pondok yang nyaman. Bungalow untuk perjalanan dan pariwisata yang berkelanjutan. Shutterstock/artem evdokimov.

Istilah eco resort merujuk pada upaya pelaku usaha di industri pariwisata yang tidak semata berlomba-lomba mengejar keuntungan pribadi. Sebaliknya, mereka mulai berupaya menciptakan pengalaman relaksasi ramah lingkungan lewat konsep pengelolaan dan bisnis perhotelan yang tidak berpotensi merusak keseimbangan ekosistem maupun kesejahteraan ekologi.

Menurut survei yang dilakukan oleh SiteMinder’s Changing Traveller Report 2025, sebanyak 95% responden Indonesia menyatakan bahwa mereka bersedia membayar lebih mahal untuk sekadar menginap di akomodasi ramah lingkungan. Ini menjadi hal yang mendasari pelaku usaha di bidang pariwisata lebih melirik eco resort.. Yang menjadi dasar pemikiran juga adalah besarnya peranan hotel ramah lingkungan bagi masa depan bumi.

Pengertian Eco Resort dan Penerapannya di Berbagai Negara
Eco resort atau hotel ramah lingkungan merupakan bentuk inovasi destinasi wisata yang mengedepankan konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan menyertakan elemen edukasi kepada wisatawan agar lebih menyadari hal-hal yang berpotensi mengancam kelestarian alam sekitar. Konsep ini telah dikembangkan oleh sejumlah negara di dunia. Mulai dari Kosta Rika hingga Thailand sudah melakukannya. Negara kita sendiri kini juga mulai menanamkan pola pikir dan perilaku sadar lingkungan (eco-consicous) dalam bisnis perhotelannya.

Salah satu contohnya adalah Kosta Rika. Keberlanjutan sudah menjadi tagline utama bagi industri pariwisata Lapa Rios Rainforest Lodge di Kosta Rika. Resor ini berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai motor penggerak utama sejak awal dibangun pada tahun 1993. 

Mereka beranggapan bahwa kehadiran sektor pariwisata tidak sepenuhnya menjadi ancaman bagi kelangsungan hutan hujan tropis, tapi justru sebuah sarana yang tepat untuk melindungi dan melestarikan habitatnya. 

Lapa Rios Rainforest Lodge telah mengatur seluruh kegiatan operasional dengan menggarisbawahi pentingnya prinsip keberlanjutan, seperti pemanfaatan bahan bangunan terbarukan, penggunaan produk lokal yang mudah terurai secara hayati, hingga penyajian edukasi untuk tamu melalui informasi yang diarahkan oleh pemandu wisata lokal.

Tak berhenti sampai di situ, konsep wisata eco resort Lapa Rios juga telah tersebar di seluruh wilayah Böëna Wilderness Lodges, termasuk di antaranya Pacuare Lodge, Monteverde Lodge, Cloud Forest Lodge, dan Tortuga Lodge. Lapa Rios juga telah mengeluarkan sebuah program yang bertujuan untuk memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan, yakni Conservation Support Contribution. Program ini meliputi kewajiban membayar tarif akomodasi tambahan sebesar US$25 kepada setiap wisatawan yang akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan terkait biaya operasional dan konservasi sumber daya alam.

Thailand dan Indonesia
Thailand telah berhasil mencantumkan unsur keberlanjutan menjadi aspek penting hampir dalam setiap bisnis usaha pariwisata. Six Senses Resort adalah salah satu jenis bisnis usaha perhotelan yang turut mempraktikkannya. Destinasi penginapan ini memasukkan prinsip keberlanjutan sosial dan lingkungan dalam pengalaman relaksasi dan hiburan bagi wisatawan, mulai dari efisiensi energi, pengelolaan air bersih dan limbah, perawatan lingkungan alam, serta penyaringan kualitas udara. 

Mereka juga membuat sebuah komitmen yang disebut “6R”, yang terdiri atas Rethink (berpikir ulang), Responsible (bertanggung jawab), Respect (menghormati), Refuse (menolak), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang). Komitmen ini merupakan sebuah pedoman utama yang diberikan pada setiap staf agar dapat terus berpegang teguh pada prinsip keberlanjutan lingkungan selama menjalankan tugas kerja mereka.

James McBride bersama pengusaha Christopher Burch merupakan dua tokoh utama di balik terciptanya inovasi kreatif destinasi wisata ramah lingkungan di Indonesia. Keduanya bersama-sama mendirikan sebuah resor sederhana di Pulau Sumba, yaitu dengan mengakuisisi Nihiwatu atau kerap disebut sebagai NIHI Sumba. 

Resor ini dikembangkan melalui pertimbangan yang matang, mulai dari kemewahan, kelestarian alam, dan pelestarian budaya lokal. Dengan begitu, wisatawan bisa tetap nyaman menikmati sensasi pengalaman liburan; dan di lain sisi hal-hal yang berpotensi mengancam kelestarian alam juga dapat diminimalisasi.

Demi mewujudkan destinasi wisata ramah lingkungan ini, mereka bahkan rela mengeluarkan modal awal mencapai lebih dari US$30 juta untuk mempersiapkan segala kebutuhan, baik arsitektur tradisional, material alami seperti kayu lokal, serta bahan-bahan pendukung berupa kain ikat. 

NIHI Sumba dirancang bukan hanya menjadi tempat untuk menenangkan pikiran, tetapi juga sebagai simbol yang membuktikan bahwa industri pariwisata turut menjunjung tinggi rasa peduli lingkungan melalui berbagai produk yang ditawarkan, seperti pesona keindahan alam, pengalaman spiritual seperti Spa Safari, hingga menyediakan ruang interaksi budaya dengan masyarakat daerah setempat.

Konsep Utama dalam Pengembangan Hotel Ramah Lingkungan
Eksploitasi keanekaragaman hayati berlebihan dalam berbagai kegiatan operasional industri telah menjadi lagu lama, tak terkecuali di sektor pariwisata. Kehadiran destinasi penginapan berbasis ekowisata setidaknya dapat menjadi oase di antara masalah ini. Tak hanya menawarkan akomodasi yang tetap memperhatikan dan menjamin keamanan bagi lingkungan sekitar, konsep eco resort juga menjadi kabar baik bagi masyarakat sekitar karena membantu mendongkrak perekonomian daerah.

Salah satu hal yang melatarbelakangi dibangunnya resort ramah lingkungan adalah komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian ekosistem alam. Sebagai bentuk implementasi, beberapa industri pariwisata mulai menerapkan praktik konservasi air melalui pengumpulan air hujan dan penggunaan alat-alat teknis yang mampu menekan tarif listrik. 

Sejumlah hotel yang menerapkan konsep eco resort juga menggunakan sumber energi terbarukan guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya, baik melalui pemanfaatan sinar matahari maupun energi angin. Selain itu, resor ramah lingkungan biasanya juga mempunyai sistem pengelolaan sampah yang mendukung dengan prinsip daur ulang, pengomposan, dan pengurangan plastik sekali pakai untuk meminimalisasi tingginya gunungan limbah di tempat pembuangan akhir. 

Kekayaan alam dan keragaman budaya daerah termasuk dalam beberapa faktor yang menjadi daya tarik destinasi eco resort. Peluang ini secara tak langsung berdampak pada perekonomian daerah. Pasalnya, akan bermunculan berbagai jenis profesi maupun usaha baru untuk memfasilitasi daya tarik tersebut. Misalnya saja jasa pemandu wisata, pembuatan produk kerajinan lokal, hingga atraksi pengenalan kuliner dan budaya daerah setempat.

Adapun hotel ramah lingkungan umumnya memprioritaskan perekrutan tenaga kerja yang berasal dari daerah setempat. Mereka juga kerap menyelenggarakan program pelatihan   sebagai bentuk perhatian untuk memaksimalkan potensi dan keterampilan pekerjanya. Melalui upaya tersebut, resor tidak hanya menawarkan pengalaman relaksasi yang segar dan berkualitas, tetapi juga mendorong kontribusi aktif masyarakat untuk mengubah taraf hidup menjadi lebih baik.

Pengembangan sumber daya alam secara bijak memang sangat penting, mengingat sejumlah hotel ramah lingkungan telah menggunakan bahan baku bangunan alami, misalnya kayu jati. Pemanfaatan kayu jati ini ternyata juga mampu menambah wawasan baru bagi para tamu mengenai pengelolaan kekayaan alam secara kreatif dan menarik.

Selain berfokus pada penggunaan bahan baku ramah lingkungan, destinasi penginapan ekowisata turut memasukkan kegiatan-kegiatan berbasis edukasi, mulai dari pengenalan flora, fauna, dan keberagaman budaya lokal. Oleh karena itu, kegiatan ini mengintegrasikan kenyamanan liburan dengan kepedulian terhadap kelangsungan lingkungan. 

Manfaat dan Tujuan Eco Resort untuk Pariwisata Berkelanjutan
Konsep eco resort kini hadir sebagai bentuk nyata dari transformasi pariwisata berkelanjutan di era modern. Tak sekadar ramah lingkungan, destinasi wisata berbasis ekowisata dirancang untuk memberikan pengalaman relaksasi hijau melalui dua manfaat positif yang utama, yaitu menciptakan resor hijau melalui prinsip sustainable tourism, serta menanamkan pola pikir peduli alam.

Belakangan ini, banyak konsumen tidak lagi hanya memikirkan kesenangan dalam menentukan tempat berlibur, tetapi juga menimbang nilai dan kualitas dari produk yang ditawarkan. Sifat ramah lingkungan dari suatu produk menjadi salah satu faktor yang diutamakan oleh sebagian orang. Akan tetapi, banyaknya promosi, diskon harga, serta fasilitas mewah yang ditawarkan oleh hotel konvensional membuat konsumen kerap lupa memperhatikan dampak yang dihasilkan.

Karena itulah, eco resort kini hadir sebagai solusi tepat yang sejalan dengan prinsip-prinsip sustainable tourism, yakni menjaga kelestarian alam, melestarikan warisan budaya, dan menyokong pertumbuhan ekonomi daerah setempat. Dampak baik dari perpaduan pelaksanaan ketiga prinsip ini di sektor pariwisata adalah terbentuknya sebuah perusahaan yang tidak menyimpan jejak buruk terhadap keseimbangan ekologis, dan kelestarian ekosistem alam.

Setiap tamu yang berkunjung di eco resort tidak hanya dapat membawa pulang pengalaman liburan yang menyenangkan, tetapi juga mendapatkan wawasan baru mengenai pentingnya melindungi kelestarian alam dari bentuk praktik kerja yang diterapkan resor tersebut.  Dengan kata lain, hotel ramah lingkungan bukan sekadar menciptakan tema liburan hijau, melainkan juga mempengaruhi para tamu untuk menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. 

Di sisi lain, ada dua tujuan utama dari praktik eco resort yang sejalan dengan prinsip sustainable consumption atau konsumsi berkelanjutanyaitu mendorong praktik berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat

Selain memfasilitasi praktik liburan yang tidak berpotensi merusak keseimbangan ekosistem sekitar, eco resort juga memegang peranan penting dalam pemberdayaan masyarakat lokal. Banyak hotel kini cenderung melibatkan warga setempat dalam mekanisme kerja. Langkah ini tidak hanya bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal, tetapi juga menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kelestarian alam sekitar.

Tantangan yang Menghambat Implementasi Hotel Peduli Lingkungan
Di balik berbagai manfaat dan keuntungan yang bisa diraih dalam kegiatan operasionalnya, berbagai tantangan juga hadir dalam mewujudkan eco resort atau  hotel ramah lingkungan. Beberapa di antaranya adalah kesulitan rantai pasokan (Supply Chain Constraints) dan sifat tak menentu dari pelanggan. Padahal, destinasi penginapan ini perlu mengembangkan   keseimbangan antara kebutuhan wisatwan, keberlanjutan, dan pelestarian alam.

  1. Kesulitan Rantai Pasokan (Supply Chain Constraints) 
    Kesulitan rantai pasokan atau supply chain constraints merupakan hambatan yang kerap kali muncul selama proses pengadaan produk. Dalam konteks eco resort, hambatan ini mempengaruhi seluruh aspek operasional kerja secara signifikan. Sebagai akibatnya, kerapkali produk tidak memenuhi standar yang diinginkan pada akhirnya.

    Sebagai contoh, setiap elemen yang dipakai dalam pembangunan eco resort, baik bahan bangunan maupun peralatan yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, dituntut harus sesuai standar eco-friendly dan bersumber dari bahan baku lokal aman lingkungan. Di lain sisi, ketersediaan bahan baku berkualitas yang memenuhi kriteria eco-friendly masih terbilang sangat terbatas. Belum lagi pengiriman material dengan rentan waktu yang lama.

  2. Kegemaran Pelanggan  bersifat Musiman
    Bukan rahasia kalau fluktuasi pelanggan menjadi tantangan utama setiap pelaku bisnis. Begitu pula yang dialami oleh setiap pengelola eco resort. Kondisi fluktuasi di sini mengacu pada situasi jumlah pengunjung yang berjalan tidak konsisten. Kadang ramai, namun di lain waktu bisa menjadi sangat sepi. Oleh karena itu, pengelola destinasi wisata harus mengatur segala aspek operasional secara efisien agar pendapatan tidak menurun secara drastis.

Menekan Kemiskinan Daerah Setempat 
Tak perlu analisis mendalam untuk melihat bahwa implementasi eco resort memang mendukung implementasi ekonomi hijau di Indonesia Pasalnya, kedua konsep ini saling menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Eco resort atau hotel ramah lingkungan dan ekonomi hijau menjadi upaya nyata implementasi prinsip keberlanjutan alam, khususnya di sektor pariwisata. 

Penggunaan energi terbarukan termasuk dalam salah satu langkah eco resort untuk membuktikan dukungan terhadap ekonomi hijau. Hal ini tercermin dari pemanfaatan energi tenaga surya, angin, atau sumber energi terbarukan lain yang berpotensi mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Selain itu, sejumlah hotel ramah lingkungan juga mengedepankan pengelolaan limbah daur ulang yang diterapkan guna menjaga kelestarian ekosistem daerah setempat.

Di tengah maraknya isu lingkungan dan sosial, mulai dari tingginya tumpukan limbah, penggundulan hutan secara massal, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK), kelangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungan mulai terancam. Demi mengatasi permasalahan tersebut, eco resort hadir sebagai salah satu solusi nyata lewat berbagai program yang diharapkan bisa terjaga hingga generasi mendatang.

Mulai dari penerimaan tenaga kerja berasal dari masyarakat asli daerah setempat, pemanfaatan bahan baku bangunan lokal, hingga penggunaan perlengkapan dan peralatan hemat energi, hotel ramah lingkungan secara tidak langsung ikut turun tangan untuk membantu menekan angka kemiskinan di daerah setempat tanpa melibatkan dampak akibat eksploitasi sumber daya alam.

Jadi bisa disimpulkan bahwa eco resort bukan hanya tempat untuk liburan, tetapi juga sebagai bentuk nyata kepedulian industri pariwisata terhadap kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat.  


*Penulis merupakan mahasiswa aktif, tengah magang mandiri di Validnews.id.   


Referensi:

  1. Bernadinus Pramudita. (2024, November 13). 95% Wisatawan Indonesia Rela Bayar Lebih untuk Akomodasi Ramah Lingkungan. Retrieved from Marketeers.
  2. Explore India Tours. (2025, Februari 03). Exploring the Distinctive Charm of Resorts and Eco Resorts. Retrieved from My-Ride.
  3. Robb Report. (2024, maret 20). James McBride: Pioneering Sustainable Luxury at NIHI Sumba. Retrieved from Robbreportmonaco.
  4. Surya, S., & Trimariant, C. (2017, Agustus 31). Application of Ecological Architecture Principles in Eco Resort Design at Pemenang, Lombo. Retrieved from Jurnal Harian Regional.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar