01 Agustus 2024
12:30 WIB
Olimpiade, Awalnya Merupakan Ritual Keagamaan Yunani Kuno
Olimpiade dikenal sebagai salah satu kompetisi olahraga yang mempertandingkan atlet-atlet seluruh dunia. Namun, siapa sangka sejarah ajang ini berasal dari ritual keagamaan pada era Yunani Kuno?
Penulis: Novelia
Cincin Olimpiade terpasang di Menara Eiffel, Paris, Prancis, Rabu (24/72024). Antara Foto/Wahyu Putro A
Olimpiade Paris 2024 yang menjadi sorotan karena berbagai kontroversi yang terjadi pada upacara pembukaannya, merupakan satu dari sejumlah pesta olahraga paling bergengsi yang mempertandingkan atlet-atlet di seluruh dunia. Berbeda dengan World Cup yang hanya menyajikan pertandingan sepak bola antara negara peserta, olimpiade menyuguhkan beragam cabang olahraga.
Olimpiade Paris 2024 menjadi gelaran Olimpiade ke-33, sejak resmi diadakan pertama kali di Athena, Yunani pada 1896. Ajang kompetisi tertinggi para atlet dunia ini, kemudian diselenggarakan secara rutin setiap empat tahun sekali.
Dalam perjalanan sejarahnya, olimpiade sempat mengalami pembatalan sebanyak tiga kali karena alasan keamanan pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Ketiganya adalah Olimpiade 1916 yang seharusnya diselenggarakan di Berlin, Olimpiade 1940 yang seharusnya diselenggarakan di Tokyo atau Helsinki, dan Olimpiade 1944 yang seharusnya diselenggarakan di London.
Berawal dari Festival Keagamaan
Gagasan perdana terkait olimpiade yang resmi, sejatinya berawal pada 1894, saat Pierre de Coubertin yang merupakan sejarawan Prancis kala itu memiliki keinginan menggaungkan kedamaian dunia. De Courbetin pun melihat olahraga menjadi jalan yang dapat mewujudkannya. Karena itu, pun ia mendirikan Komite Olimpiade Internasional (KOI) pada 23 April 1894.
Ide ajang kompetisi De Coubertin pun digodog secara lebih lanjut melalui KOI. Setelah dilakukan pemungutan suara, Athena sebagai ibu kota Yunani terpilih sebagai tempat yang dianggap paling layak untuk menyelenggarakan pesta olahraga besar. Bukan tanpa alasan, Athena punya sejarah khusus sebagai lokasi pelaksanaan sejumlah pertandingan olimpiade di era Yunani Kuno.
Yap, meski baru diresmikan dan diselenggarakan perdana secara sah pada 1896, nyatanya konsep olimpiade sebenarnya telah dilakukan sejak lebih dari 3.000 tahun lalu. Tepatnya pada masa Peloponnese di Yunani Kuno. Festival olahraga yang diselenggarakan tiap empat tahun sekali ini merupakan tradisi yang sangat mendarah daging bagi masyarakat di sana kala itu, terutama karena ajang ini juga merupakan bagian dari festival keagamaan.
Dikatakan bagian dari festival keagamaan, karena awalnya olimpiade merupakan ritual pengorbanan yang dilakukan untuk menghormati Zeus dan Pelops. Zeus sendiri merupakan raja terhormat dari para dewa yang menguasai seluruh Gunung Olympus.
Sementara itu, Pelops dikenang karena ia merupakan raja di Peloponnese, di mana olimpiade pertama kali digelar. Selain itu, Pelops juga populer dengan kisahnya melakukan pertandingan balap kereta perang dengan Raja Oenamaus yang merupakan ayah dari istrinya kelak. Meski berbalut intrik kecurangan dan pro kontra, kompetisi itu dikenang sebagai salah satu cikal bakal olimpiade.
Konsep Olimpiade Kuno
Namun, jika merujuk lebih jauh lagi ke asalnya, konsep ajang olahraga seperti olimpiade bisa jadi berangkat dari mitos Hercules. Setelah melaksanakan 12 tugas yang diperintahkan oleh Raja Eurystheus sebagai penebusan dosa-dosa besar di masa lalu, Hercules ingin melakukan sesuatu sebagai bentuk penghormatan pada sang ayah, Zeus.
Ia berjalan lurus sebanyak 200 langkah yang setara dengan 190 meter dan menyebut jarak ini sebagai στάδιον (stadion) yang berarti panggung. Bekas langkah Hercules ini lah yang kemudian menjadi jalur langkah Stadion Race, kompetisi paling pertama yang diselenggarakan pada olimpiade kuno. Konon, Hercules pula lah yang pertama kali mencetuskan kata “Olympiad” yang mengandung arti interval empat tahunan, yang awalnya hanya digunakan untuk tujuan penanggalan.
Dari sebuah prasasti yang ditemukan di Olympia, diketahui, lomba lari yang merupakan garis awal olimpiade tersebut dilakukan pada 776 SM. Tak hanya lomba lari, ada juga pancalomba yang terdiri dari melompat, melempar cakram, lempar lembing, lomba lari, dan gulat. Ada juga pertandingan khusus tinju, gulat, pankration, dan berkuda.
Tidak seperti kompetisi olahraga di era modern yang sudah dibatasi berbagai peraturan, untuk tujuan keamanan dan keselamatan pekerja, olimpiade di era Yunani Kuno cenderung lebih keras. Pada lomba lari misalnya, peserta harus beradu pacu tanpa mengenakan alas kaki dan telanjang. Dalam pertandingan berkuda pun, para penunggang mengemudikan binatangnya tanpa menggunakan pelana.
Salah satu yang mungkin paling keras adalah kompetisi pankration yang merupakan perpaduan tinju dan gulat tradisional. Dalam pertandingan ini, atlet diperbolehkan menyerang bagian tubu manapun, kecuali menggigit dan mencungkil mata dan hidung, serta menyerang alat kelamin lawannya.
Tidak adanya aturan waktu, poin, dan kategori berat badan menambah beringas kategori lomba yang tak ubahnya seperti pertaruhan hidup dan mati ini. Untungnya, peserta yang merasa sudah tak kuat, diizinkan untuk menyerah dengan mengacungkan jari telunjuk.
Karena kompetisi yang sangat berbau kekerasan, olimpiade kuno hanya boleh diikuti oleh kelompok laki-laki. Tak hanya itu, perempuan yang telah menikah juga tidak diizinkan menonton kompetisi ini, kecuali Dewi Demeter. Tak tanggung-tanggung, mereka yang melanggar aturan akan dikenakan hukuman mati.
Sementara itu, pemenang dari Olimpiade Kuno akan mendapatkan kotinos atau bumban zaitun, cabang pohon zaitun yang dirangkai menjadi mahkota. Sang juara juga kerap diarak masuk kota dan disambut dengan pembacaan puisi. Selain itu, para olahragawan berprestasi juga diberikan sejumlah bentuk hadiah, misalnya pembebasan pajak, makanan gratis, hingga bonus uang dalah jumlah besar.
Era Modern Olimpiade
Kembali ke Olimpiade di era modern. Ajang olahraga yang digagas oleh Pierre de Coubertin pertama kali diselenggarakan resmi di bawah pengelolaan KOI pada 1896 di Athena. Pada ajang olahraga tersebut, 245 atlet yang terdiri dari 200 orang Yunan dan mewakili 14 negara terdaftar sebagai peserta.
Pada awalnya, atlet perempuan dilarang untuk ikut serta. Akan tetapi, Stamata Revithi tetap bersikeras mengikuti pertandingan marathon. Alhasil, ia menjadi atlet perempuan pertama dalam sejarah. Revithi berhasil menaklukkan lintasan lari sejauh 40 km dalam kompetisi olahraga pada musim panas tersebut.
Olimpiade pertama tersebut membekaskan banyak cerita dan rintangan yang untungnya terlewati dan jadi bahan pelajaran bagi pihak penyelenggara. Empat tahun kemudian, olimpiade kedua diselenggarakan di Paris dan mampu menarik peserta empat kali lebih banyak dari olimpiade sebelumnya. Jumlah peserta itu termasuk 20 atlet perempuan yang sebelumnya dilarang mengikuti kompetisi serupa.
Referensi
Grasso, J., Mallon, B., & Heijmans, J. (2015). Historical Dictionary of the Olympic Movement. New York: Rowman & Littlefield.
Interational Olympic Committee. (2021, April 27). Ancient Greek Olympic Sports - Pankration, Pentathlon, Wrestling, Boxing, Equestrian events. Retrieved from Interational Olympic Committee.
Young, D. C. (1998). Olympic Games. Retrieved from Encyclopedia Britannica.