27 Mei 2022
18:54 WIB
JAKARTA - Plastik dan produk plastik, sudah sekian lama jadi bagian dari kehidupan keseharian kita semua. Rasanya, sejak mulai membuka mata di pagi hari sampai kembali tidur di malam hari, sulit rasanya kita tak melihat bahkan tak menggunakan produk dari plastik.
Ya, dunia kini bisa dibilang 'terbuat' dari plastik. Sebut saja, peralatan makan dan minum, kemasan air mineral dan minuman ringan, ponsel dan aksesorisnya, laptop, alat elektronik di kantor dan rumah, hingga suku cadang kendaraan, kini sebagian besar terbuat dari plastik.
Tapi, sedemikian sering kita menggunakan plastik dari berbagai jenis, sadarkah kita bagaimana sebenarnya plastik tercipta?
Jika ditelusiri, sejatinya sebagian besar bahan baku plastik berasal dari nafta. Nah, nafta sendiri merupakan senyawa kimia hasil dari proses fraksi penyulingan minyak bumi.
Kemudian, nafta yang masih mengandung campuran besar senyawa kimia ini, dipecah melalui proses steam cracking menjadi dua golongan yaitu olefin dan aromatik. Golongan olefin ini terdiri atas etilen, propilen, butana dan butadiena. Sedangkan golongan aromatik terdiri atas benzena, toluena, dan xilena.
Selanjutnya, senyawa-senyawa dari kedua golongan ini menjalani proses polimerisasi. Misalnya, untuk polimerisasi etilena menjadi polietilena. Contoh lain hasil dari proses polimerisasi ini diantaranya polipropilena, polivinil klorida, dan polistirena.
Ketika suatu polimer keluar dari pabrik, bentuk plastik seperti yang kita kenal belum didapat. Umumnya, baru berupa butiran, bubuk, atau cairan. Sebelum menjadi plastik yang digunakan sehari-hari, plastik harus menjalani serangkaian transformasi kembali.
Plastik akan melalui proses kneading, pemanasan, peleburan, dan pendinginan menjadi benda-benda dengan berbagai bentuk, warna dan ukuran dengan sifat yang tepat sesuai dengan pemrosesannya.
Produk plastik seringkali merupakan resin polimer yang kemudian dicampur dengan campuran zat aditif. Ingat, zata tambahan ini diperlukan untuk mendapatkan produk plastik dengan sifat optimal yang diinginkan (kuat, elastis, aman dan higienis dengan warna yang diinginkan).
Produk Aman
Aman dan higienis sendiri menjadi syarat wajib buat sebuah produk plastik yang digunakan untuk wadah makanan, minuman atau mainan anak-anak. Untuk jenisnya, polietilena atau dikenal sebagai PET sering digunakan untuk botol minuman ringan.
Jenis polietilena lainnya adalah High-Density Polyethylene (HDPE) yang sering digunakan untuk botol minuman, shampoo, kemasan obat. Lalu, Low-Density Polyethylene (LDPE) yang sering digunakan untuk botol saus, produk tas, pembungkus plastik, tutup botol, dan sebagainya.
Sementara itu, produk polipropilena atau dikenal sebagai PP sering digunakan untuk suku cadang kendaraan. lalu, produk polivinil klorida (pvc) sering digunakan untuk pipa air dan produk polistirena dikenal juga sebagai styrofoam, sebagai wadah kemasan makanan, peralatan makan dan minum sekali pakai, pelapis helm, dan sebagainya.
Satu yang pasti, apapunragam manfaat besar plastik dalam kehidupan sehari-hari, permasalahan utamanya yang ada saat ini ada pada daur hidupnya (product life-cycle). Setiap jenis plastik tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Ada yang dapat digunakan berulang kali, tapi ada juga yang dapat menimbulkan risiko kesehatan dan pencemaran lingkungan jika kurang tepat dalam penggunaannya.
Plastik Kekinian
Beberapa jenis plastik dapat didaur ulang, tapi ada juga jenis plastik yang membutuhkan penanganan khusus dalam proses daur ulangnya. Bahkan ada juga jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang karena akan menghasilkan bahan kimia berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, penting bagi kita untuk mengidentifikasi nomor di bagian tertentu produk plastik. Nomor-nomor tersebut mengidentifikasi jenis palstik yang digunakan dalam sebuah produk dan bagimana kita memperlakukannya.
Belakangan, bahan baku plastik dapat juga berasal dari lignin, selulosa, karbohidrat, minyak, lemak nabati dan sebagainya. Plastik-plastik jenis ini dikenal sebagai plastik biodegradable. Sayangnya, sampai saat ini, semua bahan tersebut belum bisa sepenuhnya menggantikan plastik sintetis yang berasal dari minyak bumi.
Meskipun bersifat biodegradable, plastik yang kerap diklaim 'ramah lingkungan' sekalipun tetap membutuhkan waktu cukup lama untuk terdegradasi di alam. Karenanya, alih-alih mengandalkan produk plastik ramah lingkungan, ada baiknya kita lebih bijaksana dalam menggunakan produk plastik apapun, semisal mengurangi pemakaiannya (reduce), menggunakan untuk keperluan lain (reuse) atau mendaur ulangnya (recycle). jika harus membuangnya pun, sebisa mungkin pisahkan berdasarkan jenisnya, agar muda diorganisir petugas pengambil sampah.
Referensi:
https://www.bpf.co.uk/plastipedia/how-is-plastic-made.aspx [diakses pada tanggal 26 Mei 2022]
https://waste4change.com/blog/tipe-plastik/ [diakses pada tanggal 26 Mei 2022]