c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

CATATAN VALID

21 Februari 2025

14:00 WIB

Mengenal Peribahasa Homo Homini Lupus

Homo Homini Lupus telah menjadi salah satu peribahasa yang paling menarik dalam sejarah filsafat dan sastra. Menggabungkan kekayaan bahasa Latin dengan pandangan yang mendalam tentang sifat manusia.

Penulis: Dwiditya Pamungkas

Editor: Rikando Somba

<p id="isPasted">Mengenal Peribahasa&nbsp;<em>Homo Homini Lupus</em></p>
<p id="isPasted">Mengenal Peribahasa&nbsp;<em>Homo Homini Lupus</em></p>

Ilustrasi Homo Homini Lupus. Shutterstock/XiXinXing

Anda tentu pernah mendengar peribahasa latin Homo Homini Lupus. Peribahasa ini berarti "Manusia adalah serigala bagi sesamanya". Peribahasa ini pertama kali diperkenalkan oleh Plautus, seorang penulis komedi Romawi. Ungkapan ini kemudian dipopulerkan oleh filsuf politik bernama Thomas Hobbes dalam karyanya "Leviathan" pada abad ke-17. 

Hobbes menggunakan frasa ini untuk menggambarkan kondisi alami manusia yang cenderung kompetitif dan agresif tanpa adanya aturan dan otoritas yang mengatur. Menurut Hobbes, manusia dapat bertindak melebihi dari binatang ketika mereka mau memuaskan diri sendiri tanpa mempertimbangkan keberadaan makhluk sesamanya.

Hobbes berpendapat bahwa dalam keadaan alamiah, manusia akan selalu berada dalam keadaan perang satu sama lain, karena mereka selalu mencari keuntungan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan orang lain. Oleh karena itu, untuk menghindari kekacauan dan konflik yang tak berujung, manusia harus membentuk suatu kontrak sosial dan menyerahkan sebagian kebebasan mereka kepada otoritas yang lebih tinggi, yaitu negara atau pemerintah.

Pandangan tersebut sebetulnya menekankan pentingnya aturan dan hukum dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Meskipun banyak yang mengkritik pandangan pesimistis tentang sifat dasar manusia ini, konsep Homo Homini Lupus tetap relevan dalam diskusi mengenai etika, politik, dan hubungan antarmanusia.

Dalam peradaban modern, istilah Homo Homini Lupus digunakan untuk menggambarkan perilaku manusia yang kejam, predator, dan tidak manusiawi. Pepatah ini sering muncul dalam konteks politik, ekonomi, dan sosial, terutama ketika membahas konflik, persaingan, dan ketidakadilan. Misalnya, dalam konteks politik, istilah ini menggambarkan bagaimana kekuasaan dan dominasi bisa menjadi tujuan utama seseorang atau kelompok, sering kali dilakukan dengan mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan. 

Sejarah telah menunjukkan berbagai contoh soal pemimpin atau negara yang bertindak dengan brutal terhadap musuh, atau bahkan rakyat mereka sendiri demi mempertahankan atau memperluas kekuasaan. Tidak sedikit pula para pejabat pemerintah yang tidak kompeten akan mengorbankan kepentingan rakyat demi kepentingan pribadi atau kelompok mereka sendiri.

Konsep Homo Homini Lupus juga relevan untuk mendiskusikan berbagai isu hukum dan keadilan. 

Tanpa adanya aturan dan hukum yang jelas, masyarakat bisa jatuh ke dalam anarki yang membuat setiap individu dapat bertindak menurut kehendak dan kepentingan pribadi mereka dan sering kali berdampak pada kerugian orang lain. Inilah sebabnya mengapa hukum dan aturan sangat penting dalam menjaga ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.

Meskipun banyak yang mengkritik pandangan pesimistis tentang sifat dasar manusia ini, ada juga yang melihatnya sebagai pengingat akan perlunya pengawasan, regulasi, dan pendidikan untuk mengarahkan perilaku manusia ke arah yang lebih baik. Dalam konteks ini, pendidikan moral dan etika memegang peranan penting dalam membentuk karakter individu yang tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan orang lain.

Pada intinya, Homo Homini Lupus menjadi frasa yang menggambarkan sisi gelap sifat manusia, namun juga menekankan pentingnya aturan, hukum, dan pendidikan dalam menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis. Meskipun pesimis, konsep ini tetap relevan dan penting untuk dipahami dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, hingga hubungan sosial sehari-hari.



Referensi:

  1. Plautus. (2021). "Asinaria". Cambridge: Harvard University Press.
  2. Hobbes, T. (2012). "Leviathan". Oxford: Oxford University Press.
  3. https://www-historyguide-org.
  4. https://stellavirium.org/en/homo-homini-lupus-est

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar