17 April 2025
15:00 WIB
Mengenal Lead Rubber Bearing Dan Potensi Industrinya
Ketika ancaman gempa bumi menjadi bagian tak terelakkan, teknologi seismic bearing hadir sebagai untuk melindungi bangunan dari kehancuran. Salah satunya, lead rubber bearing.
Penulis: Aloysius Elan Satria Wijaya
Editor: Rikando Somba
Membangun struktur rangka baja Konstruksi rangka penguatan seismik tahan gempa di Jepang. Shuttersto ck/shigemi okano
Di banyak wilayah di dunia, apalagi di Indonesia yang dikelilingi cincin vulkanik gunung berapi, gempa bumi merupakan ancaman nyata yang tak bisa dihindari. Guncangannya bisa datang tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan besar pada bangunan, infrastruktur, bahkan menelan korban jiwa. Karena itulah, para insinyur dan arsitek terus berinovasi untuk mencari cara agar bangunan bisa tetap berdiri kokoh, bahkan saat tanah di bawahnya berguncang hebat.
Salah satu teknologi yang kini banyak digunakan untuk menghadapi risiko gempa adalah seismic bearing, sebuah komponen yang dipasang di antara fondasi dan struktur atas bangunan. Fungsinya sangat krusial dalam memisahkan gerakan tanah dari struktur bangunan. Dengan cara ini, saat terjadi gempa, bangunan bisa seperti “mengambang” secara fleksibel dan tidak langsung menerima getaran penuh dari tanah.
Dari berbagai jenis seismic bearing yang ada, ada satu inovasi yang dianggap paling efektif dan revolusioner, yakni Lead Rubber Bearing (LRB). Komponen ini terlihat sederhana dan kecil, namun perannya sangat besar. Ia bekerja layaknya penjaga senyap di bawah bangunan, memastikan struktur di atasnya tetap stabil saat bumi bergerak.
LRB terdiri dari campuran karet elastomer, baja, dan inti timbal (lead core). Perpaduan bahan-bahan ini membuat LRB tidak hanya fleksibel, tapi juga mampu menyerap energi gempa dengan sangat efisien.
Bisa Diproduksi di Indonesia
Saat tanah bergerak akibat gempa, karet elastomer dalam LRB memungkinkan pergeseran horizontal antara fondasi dan bangunan. Dengan demikian, struktur di atas tidak ikut berguncang hebat. Inti timbalnya juga memainkan peran penting material ini akan menyerap energi getaran dan mengubahnya menjadi panas, sehingga tidak diteruskan ke bangunan.
Setelah gempa berhenti, sifat elastis dari karet akan membantu bangunan kembali ke posisi semula. Proses ini disebut self-centering, dan sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen.
Menariknya, salah satu bahan utama dalam LRB, yaitu karet elastomer, sebenarnya bisa dengan mudah diperoleh dari kekayaan alam Indonesia. Sebagai salah satu penghasil karet alam terbesar di dunia, Indonesia punya sumber daya yang sangat melimpah. Sayangnya, selama ini karet yang diproduksi lebih banyak diekspor dalam bentuk mentah, tanpa pengolahan lebih lanjut. Padahal, jika karet tersebut diolah menjadi produk seperti LRB, nilai ekonominya akan melonjak tinggi.
Proses mengubah bahan mentah menjadi produk jadi yang bernilai tambah tinggi. Transformasi ini tidak hanya berdampak pada sektor industri, tapi juga bisa menghidupkan ekonomi lokal. Jika LRB bisa diproduksi secara massal di Indonesia, menggunakan karet lokal dari Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan, atau Sulawesi. Tak hanya akan meningkatkan pendapatan petani karet, tetapi produksi elastomer juga sangat bisa menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat industri manufaktur dalam negeri.
Tentu saja, ini bukan hal yang mudah. Perlu investasi, riset, kebijakan yang mendukung, serta kerja sama lintas sektor. Tapi peluangnya terlalu besar untuk diabaikan. Indonesia memiliki bahan bakunya, memiliki pasarnya, dan memiliki urgensi untuk menciptakan bangunan yang lebih aman.
Referensi: