27 September 2023
17:29 WIB
Penulis: Kevin Sihotang
Belakangan ramai pemberitaan tentang kondisi Pasar Tanah Abang yang kini sepi pengunjung. Satu penyebab yang gencar digaungkan adalah, toko-toko tersebut sepi karena terhantam keberadaan toko-toko online. Para pedagang mengaku kalah saing dengan toko online yang punya harga jual lebih rendah.
Ya, kegiatan jual beli melalui media elektronik atau internet, atau yang disebut juga sebagai e-commerce memang menjadi favorit konsumen saat ini. Dengan berselancar di layar smartphone saja, seseorang sudah bisa window shopping sampai berbelanja dan menuntaskan pembayarannya.
Dari sisi konsumen, kepraktisan dan harga murah yang ditawarkan e-commerce, jadi pilihan yang realistis. Mereka tak harus keluar rumah, mengeluarkan ongkos transportasi, biaya parkir dan sebagainya untuk membeli barang yang diinginkan. tinggal, klak-klik layar gawai, tunggu beberapa waktu, barang pesanan sampai ke rumah.
Sementara dari sisi penjual, e-commerce memudahkan mereka menjangkau pasar yang lebih luas. Di samping itu, berdagang secara online dapat menghemat biaya, salah satunya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk sewa toko, gudang, listrik, karyawan dan biaya lainnya.
Namun, e-commerce juga bukan tanpa kekurangan. antar penjual dan pembli tak bisa berkomunikasi langsung secara tatap muka. Kalaupun ada interaksi dalam sesi live shopping, umumnya penjuala akan melayani banyak pertanyaan konsumen. Pembeli juga tak bisa menyentuh dan merasakan secara langsung barang yang akan dibelinya, alih-alih hanya membayangkan.
Karen keterbatasan ini, tak sedikit terjadi permasalahan antar penjual dan pembeli, terutana saat barang sudah sampai ke tangan pembeli. Komplain pembeli karena barang tak sesuai ekspektasi pun sudah bukan lagi cerita unik.
E-commerce juga sangat bergantung pada teknologi, yakni gadget dan koneksi internet. Bila salah satu dari keduanya dalam kondisi tidak stabil atau mengalami kerusakan, tentu pengalaman berbelanja secara online akan terganggu. Belum lagi terdapat adanya risiko serangan siber dari penyusup atau hacker yang bisa mengancam keamanan data pribadi sampai finansial pengguna internet.
Bisnis lewat e-commerce pun sangat bergantung pada kesiapan perusahaan jasa ekspedisi atau pengiriman. Hal ini tentu saja berada di luar kekuasaan perusahaan atau para penjual/produsen.
Jenis-Jenis E-Commerce
Melansir laporan Forbes, saat ini ada 4 jenis e-commerce dalam dunia bisnis modern saat ini. Mereka adalah Business to Consumer (B2C), Business to Business (B2B), Consumer to Consumer (C2C), dan Consumer to Business (C2B).
Jenis e-commerce B2C merupakan model e-commerce di mana produsen menjual barang atau jasanya ke konsumen (end user). Di Indonesia, platform yang masuk ke dalam kategori ini adalah Lazada, Shopee, Tokopedia, dan Blibli.
Kemudian e-commerce B2B fokus pada pelayanan penjualan produk barang atau jasa, dari satu bisnis ke bisnis lainnya. Contoh e-commerce B2B di Indonesia antara lain, Elctronic City, Ralali, Mbiz, Kawan Lama, IndoTrading, dan Indonetwork.
Selanjutnya ada e-commerce C2C yang menerapkan model bisnis dari konsumen ke konsumen. Di sini, konsumen individu dapat menjual maupun membeli produk dari konsumen lainnya. Ada dua tipe dalam model ini. Pertama, melalui pihak ketiga atau yang biasa disebut marketplace, dan yang kedua adalah tipe classified atau peer to peer/P2P.
Model C2C melalui marketplace contohnya melalui Bukalapak, Shopee, dan Tokopedia. Sementara C2C model peer-to-peer (P2P) contohnya adalah OLX, Kaskus, hingga media sosial seperti Instagram dan Facebook.
Terakhir adalah e-commerce model C2B. Di sini, konsumen/individu menyediakan produk atau layanan ke perusahaan. Bisa dibilang, model ini adalah kebalikan dari model B2C. Contoh untuk e-commerce C2B adalah istockphoto.com di mana para fotografer bisa mendapatkan royalti dari setiap fotonya bila digunakan orang lain. Selain itu, ada beberapa platform yang menggunakan model bisnis ini, yakni Google Adsense, Upwork, dan Fiverr.
Belakangan, ada jenis e-commerce lain yang memanfaatkan sosial media alias social commerce. Contoh dari bentuk ini adalah TikTok Shop yang belakangan dilarang oleh pemerintah karena dituding mematikan eskistenssi UMKM lokal dan para pedanagn offline seperti di Tanah Abang.
Referensi:
Forbes. (2023). What Is E-Commerce? Definition, Types & Getting Started. Diakses dari: https://www.forbes.com/advisor/business/what-is-ecommerce/
Investopedia. (2023). E-commerce Defined: Types, History, and Examples. Diakses dari: https://www.investopedia.com/terms/e/ecommerce.asp