06 November 2024
14:30 WIB
Mengenal BRICS: Aliansi Negara Berkembang Yang Kian Berpengaruh
Sobat Valid, BRICS belakangan kian kondang. Apalagi Indonesia berniat untuk ikut dalam aliansi negara berkembang yang menantang dominasi Barat di dunia global ini.
Penulis: Akbar Ramadhan
Editor: Rikando Somba
Pertemuan KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia (24/10). Kemlu/Dok
Halo, Sobat Valid! Di dunia yang makin terhubung dan dinamis ini, istilah BRICS mungkin kian sering kalian dengar. BRICS, singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, adalah aliansi negara-negara berkembang yang terus memperbesar pengaruhnya di kancah global.
Sejak awal terbentuk, blok ini punya misi besar, yakni menjadi penyeimbang atas dominasi negara-negara Barat di lembaga internasional.
Awal Mula BRICS
BRICS adalah blok ekonomi yang terdiri dari lima negara besar, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Awalnya, gagasan BRICS dicetuskan oleh Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jim O'Neill, dalam sebuah studi tahun 2001 berjudul "Building Better Global Economic BRICs". Dalam studi itu, ia memprediksi bahwa empat negara yang disebut sebagai BRIC—Brasil, Rusia, India, dan China—akan menjadi kekuatan ekonomi utama pada tahun 2050.
Prediksi ini mendorong BRIC menjadi topik diskusi hangat di kalangan ekonomi, bisnis, hingga media global.
Pada 2006, ide pengelompokan ini mulai mendapat tempat dalam kebijakan luar negeri Brasil, Rusia, India, dan China. Resmi terbentuk sebagai entitas kerja sama pada tahun 2009, BRIC kemudian mengadakan KTT pertamanya yang difasilitasi oleh Rusia. Kemudian, Afrika Selatan bergabung pada 2011 yang memperluas cakupan singkatan BRIC menjadi BRICS, dengan tujuan membangun pengaruh yang lebih besar di dunia.
Dinamika dan Perkembangan
Dalam dua dekade terakhir, BRICS telah berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan. Aliansi ini didirikan untuk menjadi penyeimbang terhadap dominasi negara-negara Barat di lembaga-lembaga global, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF).
Keanggotaan BRICS terus bertambah. Pada 2024, lima anggota baru secara resmi bergabung, yakni Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Bergabungnya anggota baru membawa tantangan dan peluang tersendiri.
Mesir dan Ethiopia, misalnya, memperkuat suara Afrika di BRICS, sedangkan Arab Saudi dan UEA menambah kekuatan ekonomi dari kawasan Timur Tengah. Mesir berharap keanggotaan ini dapat menarik investasi untuk memperbaiki perekonomiannya.
Meskipun menunjukkan peningkatan pengaruh, perluasan ini juga membawa tantangan, seperti perbedaan pandangan dan kepentingan di antara negara-negara anggotanya. Sebagai contoh, China dan Rusia sangat mendukung ekspansi ini, sedangkan Brasil dan India cenderung lebih berhati-hati. Keduanya khawatir perluasan tersebut bisa mengurangi pengaruh mereka dalam blok. Persaingan antara India dan China, misalnya, membuat India tidak ingin memperkuat dominasi Beijing di kawasan Asia.
Kemudian, Arab Saudi dan UEA juga menilai bahwa keanggotaan di BRICS bisa mendukung ambisi pembangunan ekonomi mereka, meskipun ada kekhawatiran soal potensi persaingan antara kedua negara ini. Selain itu, keanggotaan Iran di BRICS menghadirkan dimensi baru yang penuh tantangan, mengingat posisi Iran yang dikenal berseberangan dengan pengaruh Amerika Serikat (AS).
Pernyataan mantan Presiden Iran, Ibrahim Raisi, yang menyebut keanggotaan Iran sebagai penentangan terhadap dominasi AS, menegaskan adanya perbedaan kepentingan yang signifikan di antara anggota BRICS. Sebaliknya, negara seperti India dan Brasil tetap menjaga hubungan yang hangat dengan Amerika Serikat, yang menjadikan BRICS sebagai blok dengan pandangan yang tidak selalu sejalan.
Peran dan Tujuan
BRICS berusaha untuk menciptakan alternatif atas dominasi Barat dalam pengambilan keputusan global. Negara-negara anggota ingin mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan mendorong pembentukan lembaga-lembaga keuangan baru, seperti New Development Bank (NDB). Blok ini juga berfokus pada pengembangan kebijakan ekonomi dan diplomatik bersama.
Meski begitu, blok ini tetap menjadi aliansi yang longgar tanpa struktur formal, dan tiap anggota memiliki visi yang berbeda dalam menyikapi isu-isu global. Rusia, misalnya, saat ini menghadapi sorotan akibat invasi ke Ukraina, sementara kepemimpinan Rusia di BRICS pada tahun 2024 diperkirakan akan meningkatkan fokus anti-Barat. Di sisi lain, negara seperti Brasil, India, dan Afrika Selatan masih menjaga hubungan baik dengan Barat, menciptakan dinamika yang kompleks.
Perkembangan terkini, menjadikan BRICS mencakup lebih dari seperempat ekonomi global dan hampir separuh populasi dunia. Dengan anggotanya yang tersebar di berbagai benua, BRICS memiliki potensi besar untuk memengaruhi isu-isu global, dari konflik di Jalur Gaza dan Ukraina hingga transisi ke energi bersih.
Namun, pertanyaannya apakah BRICS dapat tampil sebagai suara yang lebih bersatu di panggung dunia?
Para ahli menyebut bahwa masa depan BRICS akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara anggotanya mengelola perbedaan dan merancang strategi bersama dalam menghadapi tantangan geopolitik yang terus berkembang.
Referensi
BBC. (2024). Brics: What is the group and which countries have joined?. Diakses dari https://www.bbc.com/news/world-66525474 pada 5 November 2024.
Council on Foreign Relations. (2024). What Is the BRICS Group and Why Is It Expanding?. Diakses dari https://www.cfr.org/backgrounder/what-brics-group-and-why-it-expanding pada 5 November 2024.
Instituto de Pesquisa Economica Aplicada (IPEA). (2014). Learn about BRICS. Diakses dari https://www.ipea.gov.br/forumbrics/en/learn-about-brics.html pada 5 November 2024.