c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

CATATAN VALID

10 Februari 2025

15:25 WIB

Mengenal Bioremediasi, Pemanfaatan Organisme Hidup Untuk Selamatkan Lingkungan

Pengolahan limbah merupakan salah satu aspek yang penting untuk dilakukan guna menjaga kelestarian lingkungan. Bioremediasi bisa menjadi salah satu solusinya.

Penulis: Ratna Pratiwi

Editor: Rikando Somba

<p>Mengenal Bioremediasi, Pemanfaatan Organisme Hidup Untuk Selamatkan Lingkungan</p>
<p>Mengenal Bioremediasi, Pemanfaatan Organisme Hidup Untuk Selamatkan Lingkungan</p>

Pemandangan udara kolam pengolahan air limbah. Shutterstock/FaceBorn

Pengolahan limbah merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan guna menjaga keseimbangan alam. Jika tidak diolah dengan benar, limbah yang terbuang begitu saja dapat mencemari tanah, air, dan udara, hingga mengancam keberlanjutan ekosistem dan kesehatan manusia. 

Nah, salah satu teknologi pengolahan limbah yang terus dikembangkan beberapa dekade terakhir adalah bioremediasi. Apa itu bioremediasi? Bagaimana cara kerjanya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Sobat Valid bisa menyimak informasi di bawah ini. 

Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi adalah metode pengolahan limbah menggunakan beragam jenis organisme hidup, seperti bakteri, jamur, dan tanaman, guna membersihkan atau mengurangi pencemaran lingkungan. Organisme hidup yang digunakan tersebut bertugas menguraikan atau mendekomposisi beragam jenis senyawa kimia berbahaya yang terdapat di air, tanah, maupun udara, untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi manusia dan makhluk hidup lain di sekitarnya.

Ilustrasi Bioremediasi dan pemulihan tanah. Shutterstock/VectorMine

Sejak awal ditemukan, bioremediasi telah mengalami banyak perkembangan, baik dalam hal pengembangan teknologi maupun aplikasinya. Berikut ini beberapa perkembangan bioremediasi selama beberapa dekade terakhir.

1. Pengembangan Mikroorganisme
Pada awalnya, hanya beberapa jenis mikroba yang digunakan dalam bioremediasi. Namun, saat ini sudah terdapat ribuan jenis bakteri, fungi, dan alga telah diidentifikasi dan telah dikembangkan untuk bioremediasi.

2. Teknologi Genetika
Rekayasa genertika telah digunakan di berbagai negara untuk menghasilkan mikroorganisme yang lebih efektif menguraikan senyawa kimia berbahaya.

3. Teknik In Situ
Dengan menggunakan teknik in situ, bioremediasi dapat dilakukan tanpa mengeluarkan tanah atau air dari lokasi kontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan injeksi mikroba ke dalam tanah atau air, serta memompa udara ke dalam tanah untuk dapat mengaktifkan mikroba yang sudah tersedia sebelumnya.

4. Teknologi Remote Sensing
Teknologi ini berguna mendeteksi kontaminasi tanah dan air di berbagai lokasi yang sulit dijangkau. Remote sensing dapat membantu peneliti menemukan kontaminasi yang belum terdeteksi dan mempercepat proses bioremediasi.

5. Pemanfaatan Tanaman
Seiring perkembangan zaman, tanaman juga telah digunakan dalam bioremediasi. Dalam hal ini, pemanfaatan tanaman untuk mengelola limbah, atau yang disebut fitoremediasi, dapat membantu menyerap logam berat dan senyawa organik dalam tanah, air, dan udara.

6. Pemanfaatan Sumber Daya Terbarukan
Limbah pertanian dan industri juga telah digunakan dalam bioremediasi. Misalnya, dengan menggunakan cangkang kerang sebagai bagian dari media bioremediasi di lahan tambang.

Sejarah Bioremediasi
Jika menilik sejarahnya, konsep bioremediasi sebenarnya telah dikembangkan sejak Zaman Kuno, ketika manusia menggunakan organisme hidup untuk membersihkan limbah pertanian dan mengolah tanah. Namun, penggunaan bioremediasi modern baru dimulai pada awal 1900-an, ketika peneliti menemukan bahwa bakteri bisa menguraikan berbagai senyawa organik dan logam berat yang ada di lingkungan.

Pada kisaran tahun 1940, peneliti menggunakan bakteri untuk membersihkan air limbah yang ada di tanah liat. Kemudian, pada tahun 1960-an, mikroba mulai diidentifikasi untuk penggunaan bioremediasi dalam proses membersihkan minyak mentah. Pengembangan pun terus dilakukan. Hingga pada 1972, Kongres Amerika Serikat (AS) mengeluarkan Undang-Undang Air Bersih (Clean Water Act) yang mewajibkan penggunaan teknologi bioremediasi untuk membersihkan air limbah.

Bioremediasi kemudian menjadi semakin populer setelah kecelakaan kapal tanker Exxon Valdez di Alaska dan bencana nuklir Chernobyl di Ukraina pada 1980-an. Pada kedua peristiwa itu, bioremediasi sukses digunakan. Dan, kemudian kian digunakan secara luas di berbagai penjuru dunia untuk membersihkan berbagai jenis pencemaran, seperti limbah industri, limbah petrokimia, dan limbah nuklir.

Hingga saat ini, bioremediasi telah menjadi salah satu metode yang paling umum digunakan di seluruh dunia untuk membersihkan lingkungan yang terkontaminasi senyawa berbahaya. Bioremediasi juga masih terus diteliti dan dikembangkan, dengan harapan, ke depannya teknologi ini mampu membantu mengurangi dampak dari pencemaran lingkungan secara lebih efektif dan efisien.

Di Indonesia, beberapa proyek bioremediasi telah dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri, tumpahan minyak, hingga limbah pertanian. Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan masih perlu terus dikembangkan, bioremediasi diproyeksikan dapat menjadi salah satu solusi yang efektif dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan di Indonesia dan dunia.

 

 

Referensi:
Pengertian Bioremediasi. Diakses dari Pertamina pada 10 Februari 2025. 

5 Teknik Pengolahan Limbah yang Ramah Lingkungan. Diakses dari Antara pada 10 Februari 2025. 

Teknologi bioremediasi dan revegetasi solusi selamatkan lingkungan. Diakses dari Antara pada 10 Februari 2025. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar