23 Februari 2022
14:01 WIB
Penulis: Kevin Sihotang
YouTube bisa dibilang salah satu situs dan aplikasi paling berpengaruh saat ini. Betapa tidak, nyaris semua konten dan informasi bisa kita dapatkan di YouTube.
Mulai dari konten hiburan hingga pendidikan, atau sekadar tutorial memasang bola lampu di rumah, juga ada di YouTube. Tak mengherankan, kepopulerannya membuat YouTube mendapatkan cuan jumbo.
Efeknya, konten kreator, atau kerap disebut youtuber, juga meraup banyak penghasilan.
Dikutip dari Social Media Today, YouTube mengantongi pendapatan iklan hingga US$28,8 miliar di sepanjang 2021. Dari total pendapatan itu, sebanyak 55% YouTube bayarkan ke para kreator kontennya, yaitu lebih dari US$15 miliar.
Dengan kata lain, YouTube juga membantu perekonomian para kreatornya.
Dikutip dari Hootsuite, YouTube mendapat 14,3 miliar kali kunjungan (visit) per bulan dan memiliki lebih dari 1,7 miliar pengguna aktif bulanan pada awal 2022.
Sejarah YouTube
Jika melihat sejarahnya, perusahaan yang berkantor pusat di San Bruno, California ini, resmi berdiri pada 14 Februari 2005. Pendirinya adalah mantan tiga pekerja e-commerce Paypal, yakni Steve Chen, Chad Hurley, dan Jawed Karim.
Ide awal yang dimiliki ketiganya adalah ingin memberikan ruang bagi masyarakat untuk membagikan video rumahan atau video kegiatan mereka sehari-hari.
Satu fakta menarik, video pertama yang diunggah ke YouTube adalah video sang pendiri, Jawed Karim, yang sedang berada di kebun binatang. Video itu berjudul “Me at the zoo” yang diunggah pada 24 April 2005 melalui akun yang terverifikasi bernama Jawed.
Hingga kini, video berdurasi 18 detik itu sudah memiliki lebih dari 222 juta views di YouTube.
Kembali ke belakang, ketika diluncurkan dalam versi beta pada Mei 2005, YouTube mulai menarik 30.000 pengunjung per harinya. Ketika secara resmi diluncurkan ke publik pada 15 Desember 2005, YouTube langsung mendapatkan dua juta video views per hari.
Kemudian, pada Januari 2006, jumlah view itu meningkat hingga 25 juta. Tak butuh waktu lama, pada Maret 2006, total video yang terunggah ke YouTube sudah mencapai lebih dari 25 juta video, dengan lebih dari 20.000 video baru diunggah per harinya.
Dibeli Google
Namun, kepopuleran yang relatif cepat diraih tersebut, bukan tanpa tantangan. Di tengah kepopulerannya yang menanjak, YouTube mau tak mau harus membeli begitu banyak perangkat komputer dan perangkat jaringan internet.
Belum lagi, YouTube harus menyediakan bujet tambahan untuk urusan video-video yang memiliki hak cipta. Dengan keterbatasan sumber daya, YouTube pun mencari pembeli baru.
Kemudian, datanglah Google untuk membeli YouTube. Awalnya Google memiliki platform videonya sendiri bernama Google Video, namun gagal bersinar ketimbang YouTube.
Pada November 2006, Google membeli YouTube seharga US$1,65 miliar. Alih-alih membuat situs dengan branding baru, Google memutuskan untuk melanjutkan operasional YouTube sebagaimana sudah berjalan sebelumnya.
Perkara hak cipta, bisa dibilang itu bukan masalah yang besar untuk Google. Dengan koneksi dan power yang kuat di bidang digital, Google sanggup bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan hiburan besar untuk mengizinkan konten-konten video yang memiliki hak cipta, bisa tayang di platform YouTube.
Ya, tentu saja, dengan ketentuan-ketentuannya sendiri.
Pada November 2008, YouTube yang sudah dimiliki Google, menjalin kesepakatan dengan produsen film Metro-Goldwyn-Mayer, Inc. (MGM) untuk mempertontonkan beberapa film dan acara televisinya dalam versi penuh di YouTube.
Tak lupa, diselipkan iklan yang berjalan di tengah film atau serial itu agar cuan tetap berjalan.
Referensi:
Britannica. Youtube. Diakses dari: https://www.britannica.com/topic/YouTube