29 Oktober 2022
18:00 WIB
Penulis: Mohammad Widyar Rahman
Etilen glikol (EG) belakangan mendadak tenar dan sering jadi pembicaraan. Hal ini seiring dengan dugaan senyawa tersebut di dalam obat sirup yang meyebabkan gangguan ginjal akut pada anak.
Etilen glikol sendiri atau dalam tata nama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) disebut juga etana-1,2-diol, diklasifikasikan sebagai diol, yaitu golongan alkohol yang memiliki dua gugus fungsi hidroksil (-OH). Dalam bentuknya yang murni, bahan kimia ini merupakan cairan manis yang tidak berbau dan tidak berwarna. Rasanya yang manis, bisa jadi membuat senyawa ini tak sengaja tertelan.
Padahal, etilen glikol bisa terurai menjadi zat beracun dalam tubuh. Etilen glikol dan produk sampingnya yang beracun pertama-tama memengaruhi sistem saraf pusat, kemudian jantung, dan akhirnya ginjal. Pada sejumlah tertentu etilen glikol yang tertelan dapat menyebabkan kematian.
Untu diketahui, etilen glikol pertama kali dibuat pada tahun 1859 oleh ahli kimia Perancis yang bernama Charles-Adolphe Wurtz. Ia lahir pada tanggal 26 November 1817 di Wolfisheim, dekat Strasbourg, Perancis dan Ia meninggal pada 12 Mei 1884 di Paris.
Studi gliserol membawanya ke penelitian glikol dan sintesis banyak senyawa penting lainnya, termasuk kolin. Pada tahun 1867 ia dan August Kekule menyiapkan fenol. Bersama Marcellin Berthelot ia juga berhasil menjadikan Paris sebagai salah satu pusat pendidikan kimia terkemuka di Eropa.
Etilen glikol mulai diproduksi dalam skala kecil selama Perang Dunia I, untuk digunakan sebagai pendingin dan sebagai bahan peledak. Produksi industri yang luas dimulai pada tahun 1937, ketika etilen oksida sebagai komponen utama dalam sintesisnya telah tersedia dengan harga murah.
Ketika pertama kali diperkenalkan, Wurtz menciptakan revolusi kecil dalam desain pesawat. Ia menggunakan bahan kimia ini sebagai pengganti air untuk pendingin mesin. Sifat titik didihnya yang lebih tinggi, memungkinkan radiator yang lebih kecil beroperasi pada suhu yang lebih tinggi.
Sebelum ketersediaan luas etilen glikol, banyak produsen pesawat mencoba menggunakan sistem pendingin evaporatif yang menggunakan air pada tekanan tinggi. Hasilnya, ternyata air terbukti tidak dapat diandalkan dan mudah rusak dalam pertempuran. Selain itu, penggunaan air memerlukan banyak ruang di pesawat dan mudah terkena tembakan.
Kini, bahan kimia ini digunakan secara luas untuk beragam manfaat. Industri plastik menggunakan etilen glikol untuk pembuatan serat poliester dan resin. Di laboratorium, etilen glikol digunakan untuk mengendapkan protein dari larutan, atau seringkali sebagai proses perantara dalam fraksinasi, pemurnian, dan kristalisasi.
Bahan kimia ini banyak ditemukan pada produk konsumen. Contohnya, antibeku pada mobil, cairan rem hidrolik, beberapa tinta bantalan stempel, pulpen, pelarut, cat, plastik, film, dan kosmetik. Selain itu juga berguna sebagai cairan deicing (mencegah pembekuan) untuk kaca pesawat terbang.
Referensi:
https://www.britannica.com/biography/Charles-Adolphe-Wurtz [diakses pada tanggal 29 Oktober 2022]
https://www.cdc.gov/niosh/ershdb/emergencyresponsecard_29750031.html [diakses pada tanggal 29 Oktober 2022]
https://www.newworldencyclopedia.org/entry/ethylene_glycol [diakses pada tanggal 29 Oktober 2022]