28 April 2023
14:30 WIB
Penulis: Mohammad Widyar Rahman
Editor: Rikando Somba
Kelezatan maupun kandungan gizi buah pisang sudah lama diketahui. Buah pisang sering disuguhkan dalam aneka hidangan, baik dikonsumsi berupa buah segar maupun dalam bentuk olahan seperti pisang goreng, pisang rebus, kripik pisang dan ada pula yang disuguhkan dalam bentuk kue.
Buah pisang memiliki beragam jenisnya. Dari 71 jenis buah pisang yang ada di dunia, 13 diantaranya ada di Indonesia. Di antara yang umum kita kenal adalah pisang tanduk, pisang raja, pisang mas, pisang cavendish, dan sebagainya.
Jika kita perhatikan, semua jenis pisang tersebut, kebanyakan bentuknya melengkung. Malahan buah pisang sudah identik dengan bentuk melengkung ini. Misalnya pisang cavendish, pisang tanduk, dan sebagainya. Pertanyaannya, kenapa bentuk pisang bisa melengkung?
Penyebabnya adalah geotropisme. Perilaku buah akan mengalami proses yang disebut geotropisme. Geotropisme sendiri merupakan pertumbuhan tanaman mengikuti gravitasi. Geotropisme ini terbagi menjadi 2, yakni geotropisme positif dan geotropisme negatif. Disebut positif apabila searah dengan gravitasi. Sebaliknya, disebut negatif apabila berlawanan arah dengan gravitasi.
Geotropisme juga berkaitan dengan hormon auksin yang terkandung pada tanaman. Sebenarnya, hormon auksin ini berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Namun, jika terkena cahaya matahari maka hormon auksin akan bekerja tidak optimal, sehingga bagian tanaman yang kekurangan auksin ini akan merespons sinar matahari.
Karena itu lah, buah pisang termasuk mengalami proses geotropisme negatif. Hal ini disebabkan dalam proses tumbuhnya, adanya paparan sinar matahari membuat hormon auksin bekerja tidak optimal yang menyebabkan buah pisang mulai melengkung.
Kemudian, perilaku buah ini juga dipengaruhi oleh orientasi tandannya. Kultivar pisang atau varietas tanaman pisang hasil budidaya yang orientasi tandannya menggantung, umumnya mempunyai buah yang besar dan berat. Sehingga perilaku kelengkungan buah cenderung dipengaruhi oleh beratnya dibandingkan respon geotropisme.
Sebaliknya, pada kultivar yang tandannya berorientasi horisontal dan subhorisontal, umumnya buah berukuran sedang dan berbentuk ramping. Ini mengakibatkan faktor respon geotropisme negatifnya lebih berpengaruh dibandingkan dengan faktor berat buahnya, bahkan kelengkungan ekstrim hingga 180o.
Selain itu, variasi perilaku geotropisme pada buah pisang juga tergantung pada kultivar asalnya. Misalnya, pada kultivar turunan dari spesies pisang M. acuminata Colla, reaksi geotropisme terjadi di bakal buah sehingga buah masak berbentuk melengkung. Sedangkan kultivar turunan dari spesies pisang M. balbisiana Colla terjadi di tangkai bunga sehingga buah berbentuk lebih lurus atau tegak menentang gravitasi.
Uniknya, bentuk tandan buah pisang ini juga memiliki peran penting secara ekonomi. Ternyata, bentuk buah pisang yang melengkung ke atas lebih mudah dalam proses penanganan pengemasan dengan resiko kerusakan yang paling rendah dibandingkan dengan bentuk lainnya. Pisang yang melengkung lebih mudah didistribusikan.
Referensi:
Hapsari L, 2011. Perilaku Geotropisme dan Orientasi Tandan Buah pada Beberapa Kultivar Pisang Indonesia, Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus, 7A: 119–123.
https://factsanddetails.com/world/cat54/sub343/item1577.html [diakses pada tanggal 24 April 2023]
https://htschool.hindustantimes.com/editorsdesk/knowledge-vine/bananas-are-curved-in-shape-here-is-why [diakses pada tanggal 24 April 2023]
Poerba Y S, D Martanti, T Handayani, Herlina, Witjaksono. 2016. Katalog Pisang: Koleksi Kebun Plasma Nutfah Pisang Pusat Penelitian Biologi – LIPI. LIPI Press.