24 Juli 2025
14:00 WIB
Kenali Fenomena Awan Pelangi Yang Beda Dengan Pelangi
Pernah lihat awan berwarna-warni di langit dan mengira itu pelangi? Bisa jadi itu awan pelangi, Sobat Valid! Yuk, bedah keajaiban langit ini lewat sains dan mitosnya.
Penulis: Besyandi Mufti
Editor: Rikando Somba
Awan warna-warni yang indah, Irisasi. Latar belakang gedung pencakar langit. Shutterstock/PJjaruwan.
Langit sering kali menyuguhkan pertunjukan visual menakjubkan. Salah satu di antaranya adalah fenomena awan pelangi atau awan irisasi. Fenomena optik ini muncul ketika awan tampak berwarna-warni, menyerupai pelangi, dan sering kali menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Anda, pastinya juga suka melihatnya kan, Sobat Valid?
Warna-warni lembut ini bukan hasil pembiasan seperti pelangi biasa, melainkan akibat difraksi cahaya matahari yang melewati tetesan air atau kristal es kecil dan seragam dalam awan. Nah, awan pelangi jelas beda dengan pelangi.
Kemunculan Awan Pelangi
Biasanya, awan pelangi terlihat di jenis awan tinggi seperti altostratus, altokumulus, lentikular, atau sirus yang berada dekat dengan Matahari. Karena posisinya yang sangat dekat dengan sumber cahaya, mengamati awan ini bisa berisiko bagi mata. Sebaiknya tidak melihatnya secara langsung tanpa perlindungan mata, semisal sunglasses. Namun, jika diamati dengan sudut yang tepat, warnanya bisa sangat memukau.
Difraksi cahaya merupakan penyebab utama terbentuknya awan pelangi. Ketika cahaya melewati tetesan air kecil berukuran seragam, biasanya sekitar 1 mikron, cahaya akan dibelokkan dan terpecah menjadi warna-warna berbeda. Kondisi ini hanya terjadi jika awan cukup tipis, memungkinkan cahaya berinteraksi dengan tetesan air secara individu tanpa saling membiaskan, sehingga warna yang muncul tampak jelas, terutama di tepi awan.
Fenomena ini biasanya terlihat dalam radius sekitar 10 derajat dari Matahari. Namun dalam kondisi tertentu, irisasi dapat meluas hingga 40 derajat dari posisi matahari. Jika lapisan awan yang terlibat cukup besar, maka bisa muncul fenomena optik lain seperti korona—lingkaran cahaya yang mengelilingi Matahari atau Bulan.
Perbedaan Awan Pelangi dan Pelangi
Meski sekilas tampak seperti pelangi, awan pelangi berbeda dari pelangi biasa. Penyebab masing-masing fenomena ini pun berbeda. Pelangi terbentuk karena pembiasan, pemantulan, dan penyebaran cahaya matahari dalam tetesan air hujan. Proses ini terjadi ketika hujan ringan berlangsung dan matahari bersinar dari arah yang berlawanan, biasanya di pagi atau sore hari.
Pelangi menampilkan spektrum warna yang konsisten: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Urutan ini tidak berubah karena masing-masing warna memiliki panjang gelombang cahaya yang berbeda. Warna merah, dengan gelombang terpanjang, berada di bagian luar busur pelangi, sedangkan ungu dengan gelombang terpendek berada di bagian dalam.
Ada berbagai jenis pelangi yang bisa muncul tergantung pada kondisi atmosfer. Misalnya, pelangi ganda terjadi saat cahaya dipantulkan dua kali dalam tetesan air, menghasilkan pelangi kedua yang lebih redup dan dengan urutan warna terbalik. Ada pula pelangi supernumerary yang muncul sebagai bayangan tambahan di sisi pelangi utama dengan warna yang lebih lembut. Dan pelangi kabut, yang lebih pucat karena terbentuk oleh tetesan air berukuran sangat kecil seperti dalam kabut atau awan halus.
Fenomena pelangi dan awan pelangi sering kali membingungkan pengamat awam karena kemiripan warnanya. Namun secara ilmiah, keduanya terbentuk melalui proses fisika yang berbeda: pelangi oleh pembiasan dan pemantulan, sedangkan awan pelangi oleh difraksi. Selain itu, fenomena lain yang sering dikira pelangi adalah halo, yakni cincin cahaya yang mengelilingi Matahari atau Bulan akibat pembiasan pada kristal es di atmosfer tinggi.
Beberapa Makna Pelangi di Berbagai Budaya
Tak hanya memesona secara visual, pelangi juga sarat makna dalam berbagai budaya. Dalam mitologi Yunani, pelangi diyakini sebagai jembatan yang digunakan dewi Iris untuk menyampaikan pesan dari para dewa.
Di budaya penduduk asli Amerika, pelangi dianggap sebagai penghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Di era modern, pelangi menjadi simbol keberagaman dan harapan, terutama dalam komunitas LGBTQ+.
Sejak zaman kuno, pelangi telah menjadi objek kajian ilmiah. René Descartes menjelaskan proses optiknya melalui pembiasan dan pemantulan cahaya, sementara Isaac Newton menunjukkan bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna yang dapat dipisahkan dengan prisma.
Kini, penelitian modern menggunakan teknologi seperti simulasi komputer untuk memahami pengaruh ukuran tetesan air dan kondisi atmosfer terhadap pembentukan pelangi, memperkaya pengetahuan kita tentang fenomena alam yang memikat ini.
Referensi: