c

Selamat

Senin, 17 November 2025

CATATAN VALID

19 September 2025

14:30 WIB

 Hunian Yang Berkelanjutan Menerapkan Green Home Design 

Lebih dari sekadar tren arsitektur modern, green home design jadi cara berpikir baru dalam membangun hunian. Tak cuma nyaman dan estetis, rumah juga tidak meninggalkan jejak karbon terlalu besar.

Penulis: Oktarina Paramitha Sandy

Editor: Rikando Somba

<p id="isPasted">&nbsp;Hunian Yang Berkelanjutan Menerapkan&nbsp;<em>Green Home Design&nbsp;</em></p>
<p id="isPasted">&nbsp;Hunian Yang Berkelanjutan Menerapkan&nbsp;<em>Green Home Design&nbsp;</em></p>

Ilustrasi seorang pebisnis wanita membahas solusi energi bersih dan dampaknya terhadap rumah. Envato/nansanh.

Rumah yang setiap hari kita tempati, sejatinya menyimpan peran besar dalam isu perubahan iklim. Sering kali, kita hanya melihatnya sebagai tempat berlindung yang nyaman tanpa menyadari bahwa aktivitas di dalamnya menyumbang jejak karbon yang cukup signifikan. Mulai dari listrik yang kita gunakan untuk menyalakan lampu dan pendingin udara, air yang terbuang tanpa terkendali, hingga material bangunan yang tidak ramah lingkungan. Semuanya berkontribusi pada meningkatnya emisi karbon di atmosfer.

Bayangkan, satu rumah saja bisa menghabiskan ratusan kilowatt listrik setiap bulan untuk penerangan, pemanas air, hingga peralatan elektronik. Jika dikalikan jutaan rumah di sebuah kota, maka jumlah energi yang terkuras akan sangat besar. Ditambah lagi, penggunaan material bangunan seperti semen, baja, atau kaca membutuhkan proses produksi yang menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tinggi. 

Jadi, rumah bukan sekadar ruang privat, melainkan juga bagian dari persoalan lingkungan global yang semakin mendesak untuk diatasi.

Faktanya, sektor bangunan merupakan salah satu penyumbang energi terbesar di dunia. Menurut laporan Renewables Global Status Report 2023 – Buildings in Focus, penggunaan energi di bangunan mencapai sekitar 30% dari total konsumsi energi akhir global. Angka ini mencakup kebutuhan operasional sehari-hari seperti pemanasan, pendinginan, penerangan, hingga kelistrikan rumah tangga. 

Jika ditarik ke konteks yang lebih luas, dampak dari konsumsi energi di bangunan tidak hanya berpengaruh pada tagihan listrik bulanan, tetapi juga mempercepat laju perubahan iklim akibat peningkatan emisi gas rumah kaca. Dampaknya tidak bisa dianggap sepele. 

Semakin tinggi konsumsi energi di sektor bangunan, semakin besar pula emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke udara. Dalam jangka panjang, hal ini mempercepat laju perubahan iklim yang kini sudah kita rasakan: cuaca semakin ekstrem, suhu udara meningkat, dan pola musim yang makin sulit diprediksi. Dengan kata lain, rumah yang seharusnya menjadi tempat aman justru bisa menjadi salah satu sumber masalah lingkungan jika tidak dirancang dan dikelola dengan bijak.

Berdasarkan peneltian Energy Efficiency in Buildings: Toward Climate Neutrality (2024), energi di sektor bangunan sebagian besar digunakan untuk aktivitas operasional sehari-hari, terutama pemanasan, pendinginan ruangan, dan kelistrikan. Pola konsumsi energi ini, apabila tidak dikelola dengan efisien, akan memperburuk krisis energi sekaligus memperbesar kontribusi emisi karbon global. Dengan kata lain, rumah bukan lagi sekadar bangunan pribadi, melainkan bagian dari ekosistem global yang punya dampak besar terhadap keberlanjutan planet.

Oleh karena itu lah, konsep green home design atau desain rumah ramah lingkungan muncul sebagai jawaban. Lebih dari sekadar tren arsitektur modern, green home design merupakan cara berpikir baru dalam membangun hunian: bagaimana rumah bisa tetap nyaman, estetis, dan fungsional, tetapi dengan jejak karbon yang lebih kecil. 

Kalau dulu rumah hanya diidentikkan dengan kenyamanan semata, kini tantangannya adalah menciptakan ruang hidup yang tidak hanya aman untuk keluarga, tetapi juga bersahabat dengan alam.

Dengan mengadopsi konsep hunian berkelanjutan adalah bentuk investasi jangka panjang. Kamu tidak hanya menciptakan lingkungan tinggal yang sehat dan hemat energi untuk keluarga saat ini, tetapi juga sedang membangun fondasi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Rumah yang dirancang dengan prinsip ramah lingkungan akan membantu mengurangi polusi, menjaga sumber daya alam, serta mendukung terciptanya ekosistem kehidupan yang lebih seimbang dan berkualitas.

Jadi, saat kita bicara tentang green home design, sebenarnya kita sedang bicara tentang cara hidup yang lebih bertanggung jawab. Setiap pilihan, mulai dari penggunaan lampu hemat energi, sistem ventilasi alami, hingga pemilihan material bangunan, adalah langkah kecil yang punya dampak besar. Tapi apa sebenarnya Green Home Design?

Mengenal Green Home Design
Green home design merupakan pendekatan perancangan rumah yang menempatkan keberlanjutan lingkungan sebagai prioritas utama, tanpa mengurangi aspek kenyamanan bagi penghuninya. Konsep ini berfokus pada pemanfaatan sumber daya secara efisien—mulai dari energi, air, hingga pemilihan material bangunan—dengan tujuan menciptakan hunian yang tidak hanya fungsional dan estetis, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Meskipun istilah green home design baru populer dalam beberapa dekade terakhir, praktik hunian ramah lingkungan sebenarnya sudah dipraktikkan sejak lama. Rumah-rumah tradisional di berbagai wilayah, termasuk Nusantara, dirancang dengan memanfaatkan potensi alam secara optimal, seperti penggunaan material lokal, ventilasi silang alami, serta pencahayaan matahari sebagai sumber penerangan utama.

Namun, istilah modern terkait hunian berkelanjutan mulai mendapat perhatian pada era 1970-an, ketika dunia menghadapi krisis energi. Kesadaran bahwa ketergantungan terhadap energi fosil tidak dapat berlangsung selamanya mendorong masyarakat untuk mencari alternatif yang lebih efisien. Pada tahun 1992, Amerika Serikat memperkenalkan program Energy Star, yang menjadi salah satu tonggak penting dalam menetapkan standar efisiensi energi bagi bangunan.

Transformasi besar terjadi setelah penandatanganan Paris Agreement 2015, sebuah kesepakatan global yang menjadi titik balik dalam upaya menekan emisi karbon. Kesepakatan ini tidak hanya bersifat simbolis, melainkan benar-benar mendorong perubahan nyata di berbagai sektor, termasuk konstruksi dan arsitektur. Sejak saat itu, standar bangunan hijau tidak lagi dipandang sebagai pilihan tambahan, tetapi menjadi bagian penting dalam strategi pembangunan berkelanjutan di banyak negara.

Dikutip dari penelitian  Evolution of Green Building Standards and Their Impact on Sustainable Development (Journal of Cleaner Production, 2021), penerapan standar bangunan hijau mengalami lonjakan lebih dari 200% hanya dalam lima tahun setelah Paris Agreement. Angka ini mencerminkan antusiasme global untuk mempercepat transisi menuju pembangunan rendah karbon. Penelitian tersebut juga menegaskan bahwa keberlanjutan kini telah bergeser dari sekadar tren arsitektur menjadi kebutuhan mendesak yang menentukan arah masa depan industri bangunan.

Peningkatan ini terlihat jelas pada semakin banyaknya proyek perumahan, gedung perkantoran, hingga fasilitas publik yang mengadopsi prinsip efisiensi energi, pengelolaan air, dan penggunaan material ramah lingkungan. Dengan kata lain, Paris Agreement menjadi pemicu yang menggeser paradigma: membangun rumah atau gedung bukan lagi sekadar soal estetika dan fungsi, melainkan juga soal tanggung jawab terhadap lingkungan dan generasi mendatang.

Elemen dan Penerapannya
Perbedaan utama antara green home design dengan desain rumah konvensional terletak pada filosofi perancangannya. Rumah konvensional umumnya menekankan aspek fungsi dan estetika, sementara hunian berkelanjutan menambahkan dimensi keberlanjutan dalam setiap keputusan desain. Dengan demikian, pemilihan material, tata ruang, sistem utilitas, hingga pengelolaan energi selalu mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan. 

Biasanya, ada beberapa elemen penting dalam penerapan konsep ini. Material ramah lingkungan adalah salah satunya. Bambu, kayu bersertifikat FSC, atau bata tanah liat yang diproses secara alami dinilai lebih berkelanjutan karena memiliki jejak karbon lebih rendah dibanding material konvensional seperti beton dan baja.

Sirkulasi udara alami juga ada. Penempatan bukaan jendela yang tepat dapat menghadirkan ventilasi silang yang menjaga suhu ruangan tetap sejuk tanpa bergantung sepenuhnya pada pendingin udara.

Dan, pencahayaan alami lewat pemanfaatan jendela besar, skylight, dan void membantu mengoptimalkan cahaya matahari, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pencahayaan buatan sekaligus memberi manfaat bagi kesehatan mental penghuni.

Hal ini diperkuat dengan penelitian bertajuk Sustainable Housing and Indoor Environmental Quality: A Review (Building and Environment, 2022), pemanfaatan pencahayaan alami dan ventilasi silang tidak hanya berfungsi sebagai elemen desain estetika, tetapi juga memiliki dampak langsung terhadap kesehatan dan kenyamanan penghuni. Studi ini menegaskan bahwa aliran udara yang baik mampu menjaga sirkulasi tetap segar, mengurangi kelembapan berlebih yang sering menjadi pemicu tumbuhnya jamur, serta menekan risiko gangguan pernapasan akibat kualitas udara dalam ruangan yang buruk.

Lebih jauh, penelitian tersebut menemukan bahwa rumah dengan pencahayaan alami yang optimal memberikan efek psikologis positif. Paparan cahaya matahari di siang hari terbukti membantu menjaga ritme sirkadian tubuh, sehingga penghuni cenderung memiliki pola tidur yang lebih baik dan tingkat stres yang lebih rendah. Hal ini menjadikan rumah bukan hanya sebagai tempat berlindung, tetapi juga ruang hidup yang mendukung kesehatan mental dan fisik penghuninya.

Dari sisi efisiensi energi, penerapan pencahayaan alami dan ventilasi silang mampu mengurangi ketergantungan pada listrik untuk penerangan maupun pendinginan ruangan. Dengan meminimalkan penggunaan lampu di siang hari dan mengurangi kebutuhan AC, konsumsi energi rumah tangga dapat ditekan secara signifikan. Dampak jangka panjangnya bukan hanya pada penghematan biaya, tetapi juga pada kontribusi dalam menurunkan emisi karbon yang berasal dari sektor bangunan.

Prinsip Utama dalam Green Home Design
Membangun rumah ramah lingkungan bukan hanya soal estetika, tetapi juga penerapan prinsip-prinsip yang berdampak langsung pada efisiensi sumber daya, kesehatan penghuni, dan keberlanjutan lingkungan. Dikutip dari penelitian Renewable Energy Integration in Residential Buildings: Indonesian Perspective (Energy and Buildings, 2023), penerapan konsep desain hijau di rumah tinggal terbukti dapat menekan konsumsi energi secara signifikan, sekaligus memperkuat upaya pengurangan emisi karbon di sektor perumahan. 

Dari penelitian ini terlihat jelas bahwa setiap prinsip green home design, mulai dari energi hingga kenyamanan penghuni, saling berkaitan dan berkontribusi terhadap kualitas hidup yang lebih baik.

Langkah pertama dalam menciptakan rumah ramah lingkungan adalah memastikan energi yang digunakan benar-benar efisien. Bayangkan, sinar matahari yang setiap hari melimpah di Indonesia sebenarnya bisa jadi sumber energi utama kalau dimanfaatkan dengan tepat. Pemasangan panel surya, misalnya, bukan hanya sekadar tren, tapi solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan pada listrik dari PLN. 

Implementasi sistem ini bahkan mampu menekan konsumsi listrik hingga 60–70%. Tak hanya panel surya, pemilihan peralatan rumah tangga yang berlabel hemat energi dan penggunaan lampu LED juga jadi cara sederhana namun berdampak besar dalam mengurangi pemborosan listrik sehari-hari.

Pengelolaan Air
Air sering dianggap melimpah, padahal kenyataannya semakin lama makin sulit dijaga ketersediaannya. Karena itu, rumah ramah lingkungan perlu dirancang agar bisa memanfaatkan air seefisien mungkin. Sistem penampungan air hujan (rainwater harvesting) dapat digunakan untuk kebutuhan non-konsumsi, seperti menyiram tanaman, membersihkan halaman, atau mencuci kendaraan.

Selain itu, greywater recycling system, teknologi yang memanfaatkan kembali air bekas dari wastafel atau mesin cuci, bisa jadi langkah cerdas untuk mengurangi pemborosan. Ditambah lagi, penggunaan perlengkapan hemat air seperti kran sensor atau toilet dual flush mampu memangkas pemakaian air tanpa mengurangi kenyamanan penghuni rumah. Dengan begitu, setiap tetes air benar-benar dimanfaatkan secara optimal.

Material Berkelanjutan
Tidak banyak yang sadar bahwa material bangunan punya jejak karbon besar sejak tahap produksi hingga distribusi. Karena itu, pemilihan material berkelanjutan jadi prinsip penting dalam green home design. Misalnya, menggunakan kayu bersertifikat FSC yang berasal dari hutan yang dikelola dengan baik, atau memilih cat rendah VOC (Volatile Organic Compounds) agar kualitas udara di dalam rumah tetap sehat.

Material lokal seperti batu alam, bambu, atau genteng tanah liat juga punya keuntungan tersendiri. Selain mengurangi emisi transportasi karena tidak perlu dikirim dari jauh, material lokal biasanya lebih cocok dengan iklim setempat sehingga lebih awet dan nyaman digunakan.

Kesehatan & Kenyamanan Penghuni
Pada akhirnya, rumah bukan hanya soal efisiensi energi atau penghematan air, tapi juga tempat di mana kamu bisa merasa sehat dan nyaman setiap hari. Green home design menekankan pentingnya pencahayaan alami yang masuk ke dalam ruangan. Sinar matahari di pagi hari terbukti membantu tubuh menjaga ritme sirkadian, membuat tidur lebih berkualitas, sekaligus meningkatkan mood dan produktivitas.

Selain itu, kehadiran ruang hijau seperti taman dalam rumah, vertical garden, atau sekadar pot tanaman di sudut ruangan bisa menciptakan suasana yang lebih segar dan menenangkan, juga menyehatkan. 

Dikutip dari penelitian  Environmental Impact and Carbon Footprint Assessment of Sustainable Buildings: An Experimental Investigation (2022), rumah dengan konsep berkelanjutan terbukti mampu menekan emisi karbon secara signifikan dibandingkan bangunan konvensional. Studi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan material ramah lingkungan, sistem energi terbarukan, serta pengelolaan limbah yang tepat dapat mengurangi jejak karbon secara substansial sepanjang siklus hidup bangunan. Berikut beberapa manfaat yang akan didapatkan:

Manfaat Lingkungan, Ekonomi, dan Kesehatan
Penerapan green home design memberi kontribusi nyata dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan memanfaatkan panel surya, sistem pengelolaan air hujan, hingga penggunaan material bersertifikat berkelanjutan, setiap rumah berperan aktif dalam menekan kerusakan lingkungan. Tanaman hijau yang ditanam di pekarangan atau atap tidak hanya memperindah rumah, tetapi juga menyerap polusi, menurunkan suhu sekitar, serta membantu mengurangi efek pulau panas perkotaan.

Meskipun biaya awal pembangunan rumah ramah lingkungan sering kali lebih tinggi, dalam jangka panjang biaya operasional jauh lebih rendah. Tagihan listrik dapat ditekan dengan penggunaan peralatan hemat energi dan sistem energi terbarukan. Begitu pula dengan biaya air yang berkurang berkat sistem daur ulang dan penggunaan perlengkapan hemat air. Lebih jauh, nilai properti rumah ramah lingkungan cenderung stabil dan bahkan meningkat karena tingginya minat masyarakat terhadap gaya hidup berkelanjutan.

Hunian yang dirancang dengan prinsip green design memberikan dampak positif langsung pada kesehatan dan kenyamanan penghuni. Ventilasi alami menjaga kualitas udara tetap segar, sementara material bebas racun mengurangi risiko gangguan pernapasan. Pencahayaan alami yang optimal terbukti mendukung kualitas tidur yang lebih baik, menurunkan tingkat stres, serta meningkatkan suasana hati. Kehadiran ruang hijau, baik berupa taman kecil maupun vertical garden, menambah kesan alami sekaligus memberikan efek menenangkan setelah beraktivitas seharian.

Green Home Design dan Masa Depan Berkelanjutan di Indonesia
Indonesia sebagai bagian dari komunitas global memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030. Salah satu jalannya adalah dengan mendorong penerapan green home design, sebuah konsep hunian yang tidak hanya menghadirkan kenyamanan bagi penghuninya, tetapi juga sejalan dengan komitmen global terhadap aksi iklim, pembangunan kota berkelanjutan, serta pola konsumsi dan produksi yang lebih bertanggung jawab.

Dikutip dari laporan  yang dirilis oleh Green Building Council Indonesia, pertumbuhan pasar green building di Indonesia diproyeksikan mencapai 15–20% per tahun. Angka ini menunjukkan adanya pergeseran nyata dalam cara masyarakat dan pemerintah memandang pentingnya rumah dan bangunan yang ramah lingkungan

Kalau kita melihat ke depan, masa depan green home design di Indonesia tampak semakin menjanjikan. Konsep hunian ramah lingkungan kini berkembang lebih luas, bukan hanya sebatas rumah individu, tetapi juga mencakup komunitas hijau atau green township yang mulai hadir di kota-kota besar. Bahkan, teknologi smart home kini semakin terintegrasi dengan prinsip keberlanjutan, menghadirkan rumah pintar yang bukan sekadar canggih, tetapi juga efisien dalam penggunaan energi dan sumber daya. 

Tidak hanya itu, tren co-housing atau gaya hidup komunal yang lebih berkelanjutan pun mulai diminati, terutama oleh generasi milenial dan Gen Z yang semakin sadar akan pentingnya menjaga bumi. Melalui konsep ini, berbagai sumber daya bisa dipakai bersama secara efisien, sehingga jejak lingkungan dari tiap individu menjadi lebih kecil.

Namun, kamu tidak harus langsung melakukan perubahan besar untuk bisa ikut serta dalam gerakan ini. Ada banyak cara sederhana yang bisa dimulai dari rumahmu sendiri. Mengganti lampu dengan LED, memakai peralatan hemat energi, atau mengolah sampah organik menjadi kompos adalah langkah awal yang mudah dilakukan. Menanam tanaman di halaman rumah atau membuat taman vertikal di ruang terbatas juga bisa jadi wujud nyata kontribusi kecilmu. Dari hal-hal sederhana inilah kebiasaan baru terbentuk, yang pada akhirnya mampu membawa perubahan besar.

Green home design pada akhirnya bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi sebuah bentuk tanggung jawab kita terhadap masa depan. 


*Penulis merupakan kontributor di Validnews.id   

 

Referensi:

1. Energy Efficiency in Buildings: Toward Climate Neutrality (2024) 
2. Renewables 2023 Global Status Report (2023).
3. Evolution of sustainability in global green building rating tools (2020).
4. Sustainable Housing and Indoor Environmental Quality: A Review” (Building and Environment, 2022) 
5. Renewable Energy Integration in Residential Buildings: Indonesian Perspective 
6. Environmental Impact and Carbon Footprint Assessment of Sustainable Buildings: An Experimental Investigation (2022) 
7. Indonesia's Green Building Market Outlook 2024-2025.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar