23 Desember 2022
18:30 WIB
Penulis: Novelia
Suasana akhir tahun sudah mulai terasa di berbagai pusat perbelanjaan sejak awal bulan Desember. Berbagai pernak-pernik untuk merayakan Natal dan tahun baru ramai dijajakan.
Tak terkecuali, pohon cemara yang telah menjadi salah satu ikon yang hampir selalu ada di setiap rumah dari keluarga yang merayakan Natal.
Yap, pohon cemara memang dikenal sebagai pohon Natal, tentunya setelah dihiasi berbagai pernak-pernik lampu hiasan dan sejumlah hadiah untuk anak-anak.
Tapi Sobat Valid tahu tidak, sih, kenapa pohon ini jadi simbol perayaan Natal?
Sebenarnya penggunaan pohon maupun karangan bunga diperibadatan, telah lama dikenal dari kebiasaan masyarakat Mesir Kuno, Cina, maupun Ibrani. Biasanya, pohon melambangkan kehidupan yang abadi.
Nah, mereka umumnya menggunakan pohon yang termasuk dalam jenis evergreen tree alias tumbuhan hijau abadi. Itu, loh, pohon yang tidak menggugurkan daunnya secara bersamaan pada musim atau momentum tertentu. Misalnya pohon cemara, juniper, pinus, dan lainnya.
Di Eropa, kelompok Pagan juga memiliki tradisi kepercayaan untuk menghormati jenis pepohonan ini. Ketika kemudian menjadi pemeluk agama Kristen, orang Skandinavia juga melanjutkan tradisi dengan pohon yang sama.
Pada momentum tahun baru, pohon cemara dan pinus dijadikan elemen dekorasi rumah dan gudang dengan tujuan mengusir kejahatan. Sementara itu, pada hari Natal, sebagai tempat burung-burung bertengger.
Baca juga: Manfaat Di Balik Memasang Pohon Natal
Terkait hubungan pohon cemara sebagai bagian penting Natal, sebenarnya ada cerita tersendiri. Sejumlah kelompok percaya, di Jerman pada 723 Masehi, seorang misionaris Inggris bernama St. Boniface menjumpai kelompok Pagan yang sedang menjalankan sebuah ritual. Pada sebuah pohon ek mereka mempersiapkan sejumlah persembahan untuk Dewa Thor (Donar).
Melihat aktivitas yang menurutnya sesat, St. Boniface mengambil kapak untuk menebang pohon ek tersebut. Hal Ajaib terjadi ketika pohon ek tersebut berhasil dirobohkan.
Tumbuhan hijau abadi serupa pohon cemara justru bertumbuhan di sekitar lokasi tumbangnya pohon ek. Sejak saat itu, pohon cemara pun dikenal sebagai holy tree alias pohon suci.
Meski kebenaran kisah Boniface masih dipertanyakan, pepohonan evergreen, terutama cemara, akhirnya turun temurun menjadi bagian dari ritual Kristen di Jerman. Tak hanya itu, pada Abad Pertengahan, pohon cemara juga mulai dikenal sebagai “pohon surga”.
Dengan sebutan pohon surga, cemara diibaratkan sebagai perwakilan Taman Eden. Makanya, kemudian pada pohon tersebut dihiasi apel yang digantung, kemudian dipajang di rumah-rumah setiap tanggal 24 Desember, tepat pada hari raya Adam dan Hawa, menurut kepercayaan mereka.
Setelahnya, berbagai dekorasi lain ditambahkan. Pada abad ke-16, tokoh reformasi Protestan Martin Luther menjadi sosok yang pertama menggantungkan lilin pada pohon cemara.
Terinspirasi dari bintang-bintang yang dilihatnya ketika berjalan di hutan pada malam hari, Luther terkagum bagaimana cahayanya menembus cabang-cabang pohon cemara. Maka Luther pun merepresentasikan cahaya bintang itu dalam wujud nyala lilin. Ia mengatakan, hal itu mengingatkannya pada Yesus.
“The candles remind us of the star that led Wise Men to the Christ child,”
Akhirnya Luther menebang cemara dari hutan dan membawanya ke rumah. Sesampainya di kediaman, ia menghiasi pohon tersebut dengan lilin. Begitulah awal kisah bagaimana awal mula tradisi pohon Natal dunia.
Baca juga: Sambut Kehangatan Natal Di Destinasi Wisata Religi
Oh, ya, selain kisah dari Martin Luther, berpindahnya para penduduk Jerman ke negara-negara lain, juga ikut menyebarkan budaya menghias pohon di saat Natal. Inggris menjadi negara awal yang menerima persinggahan tradisi ini.
Pada tahun 1790-an, tradisi ini bahkan diperkenalkan oleh kalangan kerajaan. Charlotte, istri dari Raja George III yang terlahir di Jerman, mendekorasi pohon-pohon pada musim liburan.
Pohon Natal sendiri mulai menjadi sebuah tradisi resmi pada abad ke-19. Bersama Pangeran Albert, suaminya yang merupakan kelahiran Jerman, Ratu Victoria membuat pohon Natal sebagai bagian resmi dari festival pada musim liburan akhir tahun. Sebuah ilustrasi dari keluarga kerajaan sedang mendekorasi pohon bahkan terpampang di koran London pada 1848.
Pohon Natal pada masa pemerintahan Ratu Victoria tersebut berhiaskan mainan dan kado-kado kecil, permen, lilin, untaian popcorn, pita, kue mewah, rantai kertas yang tergantung di cabang dan dahan pohon. Sejak saat itu, pohon Natal mulai umum menghiasi rumah-rumah di Inggris menjelang Natal.
Selain ke Inggris, penduduk Jerman yang bermigrasi juga membawa tradisi dekorasi pohon Natal ke dataran Amerika Utara pada abad ke-17. Kemudian, pada abad ke-19, kebudayaan ini juga mulai populer di Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda.
Di tanah Asia, tradisi ini juga mulai dikenalkan pada abad ke-19. Kala itu, para misionaris barat, jadi sosok yang membawa budaya ini ke Jepang dan Cina. Dengan akulturasi yang terjadi, pohon-pohon Natal di kedua negara Asia Timur tersebut didekorasi dengan ornamen kertas yang indah.
Perlahan, penggunaan pohon cemara menjadi hal yang lumrah bagi umat Kristen di berbagai belahan dunia. Masyarakat juga mulai terbiasa menggunakan pohon Natal berbentuk pohon cemara yang terbuat dari aluminium ataupun plastik PVC. Hiasannya pun makin beragam, dari bintang-bintang berbahan timah, manik-manik, rangkaian lampu, hingga kapas dan kertas warna.
Sobat Valid juga merayakan Natal? Sudah dihiasi apa saja pohon Natalnya?
Referensi
Encyclopaedia Britannica. (2022, Desember 19). Christmas tree. Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/plant/Christmas-tree
Tikkanen, A. (2022, Desember 2). How Did the Tradition of Christmas Trees Start? Retrieved from Britannica: https://www.britannica.com/story/how-did-the-tradition-of-christmas-trees-start