14 Mei 2025
12:38 WIB
Film Pengepungan Di Bukit Duri Jadi Film Aksi Indonesia Terlaris
Film Pengepungan di Bukit Duri melampaui rekor The Raid (2012) yang sebelumnya memegang posisi film aksi Indonesia terlaris sepanjang masa.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Andesta Herli Wijaya
Film Pengepungan di Bukit Duri. Dok: Come and See Pictures.
JAKARTA - Film Pengepungan di Bukit Duri dari Come and See Pictures resmi menjadi film aksi Indonesia terlaris sepanjang masa. Film karya Joko Anwar ini mencetak 1,8 juta penonton di hari ke-26 penayangan di bioskop tanah air.
Secara spesifik, Pengepungan di Bukit Duri mencetak rekor sebagai film action-thriller dewasa Indonesia terlaris sepanjang masa. Film ini melampaui rekor The Raid (2012) karya sutradara Gareth Evans yang dibintangi Iko Uwais, yang selama ini memegang posisi tersebut.
Capaian Pengepungan di Bukit Duri juga menjadi kesuksesan untuk genre action thriller Indonesia, yang selama ini belum memiliki tempat di hati penonton Indonesia. Penerimaan publik atas film distopia penuh kekerasan karya Joko Anwar ini, menandai semakin terbukanya pasar film lokal terhadap ragam genre, termasuk action dan thriller.
Pengepungan di Bukit Duri menandai momen 20 tahun kiprah penyutradaraan Joko Anwar. Produksi film ini mendapat dukungan langsung dari studio Hollywood Amazon MGM Studios.
Joko Anwar dalam berbagai kesempatan mengatakan, filmnya ini juga menjadi etalase para talenta muda berbakat Tanah Air di depan layar. Selain nama-nama besar seperti Morgan Oey, Hana Pritashata Malasan, Kiki Narendra, dan Landung Simatupang, nama-nama aktor muda juga terlibat di film ini. Mereka adalah Omara Esteghlal, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, dan Bima Azriel.
Pengepungan di Bukit Duri menyajikan drama dengan ketegangan intens. Joko Anwar hendak merespons situasi terkini Indonesia yang amat relevan tentang isu kekerasan dan urgensi pembenahan pendidikan Indonesia, menyangkut masa depan remaja Indonesia yang terjebak dalam situasi terpuruk.
Kekerasan-kekerasan yang terjadi, direpresentasikan dalam aksi laga yang mengancam nyawa di dunia sekolah. Lewat latar yang dibangun oleh Dennis Susanto, dengan sinematografi yang diramu oleh kolaborator lama Joko Anwar, Jaisal Tanjung, serta musik yang digubah oleh Aghi Narottama, menjadikan dunia di Pengepungan di Bukit Duri layaknya sebuah negara yang salah urus.
Film ini mengikuti kisah Edwin (Morgan Oey). Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang.
Pencarian Edwin membawanya menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah. Di sana, Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya. ketika akhirnya ia menemukan anak kakaknya, kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.